Bangke Matah Dikubur di Klungkung Bali
Kuburan Sudah Digali, Ini Terakhir Kalinya Dewa Aji Tapakan Ngayah Sebagai Layon
Prosesi penguburan layon akan dilaksanakan sekitar pukul 00.00 Wita. Nantinya, setelah dipendem/dikubur, areal setra atau kuburan akan disterilkan.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Krama Desa Adat Getakan, Banjarangkan, Klungkung mulai membuat liang untuk pelaksanaan prosesi Calonarang mependem/dikubur pukul 15.00 Wita, Kamis (12/9/2016).
38 warga saling bergantian menggali, membuat liang yang nantikan akan digunakan untuk mengubur layon yang dilakoni Dewa Aji Tapakan.
Baca: Malam Ini, Tanpa Takut Dewa Aji Tapakan akan Dikubur Hidup-hidup, Begini Kisah Kemampuan Gaibnya!
Baca: Detik-detik Sebelum Dikubur Hidup-hidup, Dewa Aji Sempat Katakan Ini pada Bendesa Adat
Baca: VIDEO: Puluhan Anak dan Orang Dewasa Jadi Bangke Matah, Suasana Mistis Begitu Terasa
Liang kubur yang dibuat relatif cukup luas, dan mengikuti ukuran peti yakni dengan lebar sekitar 1,15 meter, panjang 2 meter dan tinggi hingga 1,2 meter.
"Nanti layonnya (watangan) akan dipendem di sini," ujar salah seorang Krama Getakan.
Bendesa Adat Getakan, I Made Sucana menjelaskan, prosesi penguburan layon akan dilaksanakan sekitar pukul 00.00 Wita.
Nantinya, setelah dipendem/dikubur, areal setra atau kuburan akan disterilkan.
Tidak boleh ada cahaya maupun warga minimal 200 meter dari areal setra.
"Setiap tahun sebenarnya keluarga sangat khawatir, dan sekarang yang paling kami khawatirkan karena dikubur. Tapi kita serahkan semuanya ke Sang Hyang Widhi Wasa. Hari ini juga beliau terakhir kalinya ngayah sebagai layon," ujar Dewa Sukaryanida, salah seorang kerabat dari Dewa Aji Tapakan.
Ia menjelaskan, sebenarnya dulu Dewa Aji Tapakan adalah sosok orang yang penakut.
Bahkan, ia menceritakan jika untuk buang air kecil saat malam hari saja, Dewa Aji Tapakan sering minta diantar istrinya, Desak Tapakan.
"Backgroundnya, beliau memang penakut. Untuk buang air kecil saja sampai minta ditemani istrinya," ujar Dewa Sukaryanida. (*)
