Liputan Khusus

Ini Usia Ideal untuk Ikuti Program Bayi Tabung, Biaya Lebih Murah & Tingkat Keberhasilan Lebih Besar

Tidak semua orang bisa mengikuti program bayi tabung atau bahasa ilmiahnya In Fitro Vertilization (IVF), yang semakin diminati di Bali.

Penulis: I Wayan Erwin Widyaswara | Editor: Ady Sucipto
Kompas.com
Ilustrasi 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR -- Tidak semua orang bisa mengikuti program bayi tabung atau bahasa ilmiahnya In Fitro Vertilization (IVF), yang semakin diminati di Bali.

Ada sejumlah persyaratan yang sudah ditentukan pemerintah. Sedang usia ideal untuk mengikuti program ini adalah 20-35 tahun.

Berdasarkan Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, mereka yang bisa mengikuti program bayi tabung adalah pasarangn suami istri yang sah.

Biasanya sebelum ke tahap selanjutnya, klinik bayi tabung akan melakukan seleksi administrasi bagi pasien peminat bayi tabung.

"Setelah kelengkapan administrasi sudah beres, selanjutnya akan diperiksa kondisi kesehatan istri dari pasangan itu, apakah memungkinkan hamil atau tidak,” kata Ketua Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Bali dr Putu Doster Mahayasa SpOG kepada Tribun Bali, pekan lalu

Setelah si istri dinyatakan memungkinkan hamil, barulah dilanjutkan tahap merangsang supaya kandungan telur pada istrinya cukup dan matang.

“Setelah itu barulah dipetik telurnya, dilanjutkan pengambilan sperma dari suami. Kemudian kami buahi, setelah jadi embrio, barulah dimasukkan kembali ke rahim istrinya. Setelah itu tinggal menunggu berhasil atau gagal," jelas Mahayasa.

Mahayasa menyatakan, usia ideal untuk mengikuti program bayi tabung ini adalah 20-35 tahun. Tingkat keberhasilan di usia ini lebih besar, dan biayanya pun lebih murah.

Sedang apabila pasien berusia di atas 35 tahun, atau apalagi di atas 40 tahun, maka biaya yang dikeluarkan akan lebih mahal, karena membutuhkan obat yang lebih banyak.

"Semakin tua usia perempuan, tingkat keberhasilannya juga semakin kecil," ujar Mahayasa.

Kasus-kasus umum yang ditemui ketika menangani pasien bayi tabung, kata Mahayasa, rata-rata disebabkan karena saluran telur sang istri mengalami kebuntuan.

Selain itu ada juga faktor dari suami yang sel spermanya sedikit bahkan tidak ada. Jika hal itu terjadi, biasanya dokter akan mengambil tindakan mengambil sperma dengan cara tersendiri atau dengan operasi.

Dalam teknologi bayi tabung, sebetulnya dimungkinkan untuk menyatukan sel sperma siapa saja ke sel telur wanita. Istilah awamnya adalah donor sperma.

Hal ini biasa dilakukan di luar negeri, namun di Indonesia belum diperbolehkan dan diatur ketat dalam Peraturan Pemerintah No 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi.

Di Bali, program bayi tabung ini semakin diminati meski berbiaya mahal.

Bayi tabung menjadi alternatif bagi pasangan yang sudah lama menikah namun belum dikaruniai keturunan. 

Ada empat rumah sakit di Bali yang menyediakan layanan bayi tabung yakni RSUP Sanglah, Bali Royal Hospital (Bros), Prima Medika, dan Puri Bunda. Mereka masing-masing mempunyai skema pembiayaan tersendiri.

Rata-rata tarif yang dikenakan untuk usia ideal Rp 50 juta. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved