Melihat Potensi Fenomena Likuifaksi di Bali, Akankah Seperti Kejadian di Palu?
Purbo yang telah melakukan penelitian di Bali sejak tahun 2000 ini mengaku hafal betul wilayah Bali.

TRIBUN-BALI.COM – Fenomena tanah bergerak dan likuifaksi akhir-akhir ini menjadi perhatian banyak orang usai adanya gempa bumi dan tsunami di Palu.
Betapa mengerikannya fenomena geologi tersebut hingga menyebabkan kawasan perumnas di Petobo, Palu Selatan, Sulawesi Tengah amblas ke dalam tanah.
Diperkirakan ada ribuan orang yang tak sempat menyelamatkan diri kini terkubur di dalam lumpur yang mulai mengeras.
Melansir Wikipedia, Likuifaksi atau soil liquefaction adalah pencairan tanah.
Fenomena ini terjadi ketika tanah yang jenuh atau agak jenuh kehilangan kekuatan dan kekakuan akibat adanya tegangan, seperti halnya getaran gempa bumi atau perubahan ketegangan lain secara mendadak, sehingga tanah yang padat berubah wujud menjadi cairan atau air berat.
Menurut Sekretaris Badan Geologi KESDM, Antonius Ratdomopurbo, fenomena likuifaksi seperti yang terjadi di Palu awalnya disebabkan oleh gempa bumi yang bersumber dari Sesar Palu Koro.
Sesar ini aktif dan bergerak dengan kecepatan 4 sentimeter per tahun. Dimana menurutnya itu adalah pergerakan sesar tercepat di Indonesia.
“Pergerakan sesar ini jarang tapi cepat. Beda seperti di Lombok atau Flores yang gerakannya lebih sering namun sedikit demi sedikit,” ujarnya Kamis malam,(4/10/2018) di Denpasar, Bali.
Purbo pun menjelaskan bahwa memang sejak dahulu telah dipetakan mengenai potensi Likuifaksi di Palu.
Hal ini dapat dilihat dari struktur batuan bawah tanah di Palu yang cenderung berbentuk bulat-bulat dan ikatannya tidak kuat.
-
Refleksi Estetika Spiritual dalam Yantra yang Dipamerkan Unhi Denpasar
-
Lebih Penting Atur Jumlah Toko Modern atau Jaraknya? Ini Kata DPRD Bangli
-
Dua Pemuda Curi Laptop dan HP, Hasil Curian Dijual Murah
-
Tutik Kusuma Wardhani Ajak Mahasiswa Peduli Inflasi
-
Warga Desa Punggul Geger, Ida Bagus Japa Tusuk Ulu Hatinya Dengan Pengutik Untuk Membuat Jejahitan