Terbitkan 90 Buku Berbahasa Bali & Indonesia, Manda: Yang Beli Hanya Mahasiswa yang Mau Skripsian
I Nyoman Manda yang kini berusia 79 tahun telah menerbitkan 90 buku sastra, baik yang berbahasa Bali maupun Indonesia
Penulis: Putu Supartika | Editor: Irma Budiarti
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - I Nyoman Manda yang kini berusia 79 tahun telah menerbitkan 90 buku sastra, baik yang berbahasa Bali maupun Indonesia.
90 buku ini berupa kumpulan cerpen, novel, puisi, drama berbahasa Bali maupun berbahasa Indonesia.
Beberapa judul bukunya yaitu Ganda Sari (bersama pengarang Made Sanggra), Togog, Masan Cengkehe Nedeng Mabunga, Kuuk, Lelakut, Bungan Gadung Ulung Abancang, Kasih Bersemi di Danua Batur, dan karya lainnya.
Dalam menerbitkan semua buku ini ia menggunakan uang tabungannya sewaktu jadi guru dan uang pensiunannya.
"Sing ada anak ngerunguang, bapak mula sing bisa ngidih-ngidih ke bupati atau pejabat (Tidak ada yang hirau, Bapak memang tidak bisa minta-minta ke bupati atau pejabat). Sekarang pakai uang pensiunan, kalau dulu pakai gaji yang bapak sisihkan," kata mantan Kepala SMAN 1 Gianyar tahun 1997-1999 ini, ketika ditemui Sabtu (24/11/2018).
Selain kendala biaya, ia juga terkendala dalam hal penjualan buku karena memang buku berbahasa Bali, khususnya yang bergenre sastra Bali modern memang tidak banyak yang membeli.
"Setiap menerbitkan buku, tidak berani menerbitkan banyak-banyak, paling 100 eksemplar saja. Tidak ada yang beli, paling yang beli hanya mahasiswa yang mau skripsian," keluhnya.
Bahkan menurutnya, guru bahasa Bali pun jarang membeli karyanya karena memang minat membaca karya berbahasa Bali di Bali masih sangat rendah.
Selain menerbitkan buku, ia juga mengelola dua majalah sastra Bali modern (berbahasa Bali) yaitu majalah Satua dan Canangsari yang dirintisnya bersama alm Made Sanggra tahun 1998.
"Dulu sebelum Pak Sanggra meninggal beliau bantu penerbitan majalah ini, dikasi uang Rp 500 ribu. Namun sejak beliau meninggal tahun 2005 saya menerbitkan pakai uang sendiri," katanya.
Setiap penerbitan majalah ini ia mengeluarkan uang sebesar Rp 2.4 juta.
Belum lagi untuk menerbitkan buku, dimana dalam setahun ia bisa menerbitkan enam buku.
"Memang pekerjaan ini tidak menghasilkan apa-apa. Ini karena suka dan anggap sedang ngayah," katanya sembari tersenyum. (*)