Hari Raya Nyepi
Ini Ogoh-ogoh Dewi Durga 7 Meter di Tampaksiring, Disebut Berbeda dari Ogoh-ogoh Lainnya
Bentukan anatomi yang jelas dengan ekspresi wajah menyeringai dan lidah menjulur memunculkan kesan bahwa ini adalah karya realis yang berbeda
Penulis: I Putu Darmendra | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Ogoh-ogoh Dewi Durga menjulang tinggi tujuh meter di jaba sisi Pura Pesimpangan Penataran Uluwatu, Banjar Kelodan, Tampaksiring, Gianyar, Bali, Selasa (5/3/2019) malam.
Bentukan anatomi yang jelas dengan ekspresi wajah menyeringai dan lidah menjulur memunculkan kesan bahwa ini adalah karya realis yang berbeda dari ogoh-ogoh lainnya.
Konseptor ogoh-ogoh, Ida Bagus Nyoman Surya Wigenem (27), mengatakan ogoh-ogoh ini adalah karya bersama persembahan STT Sentana Luhur.
Kekuatan ogoh-ogoh ini terletak pada anatomi karakter wajahnya.
Lewat karya yang diselesaikan dalam waktu 45 hari ini, ia ingin menyampaikan pesan bahwa Dewi Durga sebagai representasi ilmu pangeleakan tidak selalu bermakna negatif.
"Dengan karya ini kami ingin menyampaikan pesan, leak sebagai bentuk kearifan yang tentunya tidak selalu berkonotasi negatif," ujar Gusman Surya, Selasa (5/3/2019).
Karya ini juga memberi pesan totalitas dan proses.

Gusman Surya menilai, dalam membuat karya ogoh-ogoh sebaiknya dilakukan secara totalitas dalam bingkai kebersamaan.
Ogoh-ogoh karya Gusman dan STT Sentana Luhur dikenal bertema tunggal.
Artinya tidak ada karakter lain di atas waton penyangga.
Satu tema ini juga tak luput dari pesan persatuan.
"Dari persepektif seni, jangan bikin karya yang biasa. Bikin karya spesial, kita harus allout. Ini bukan tentang hasil tapi ini juga tentang bagaimana menyama braya. Kenapa satu karakter, karena saya ingin mabesikan," tuturnya.
Dalam prosesnya, Gusman juga mengalami kesulitan-kesulitan.
Misalnya saat membuat anatomi tubuh dengan empat tangan.
Namun dengan bantuan anggota pemuda yang juga memiliki kemampuan bidang seni mumpuni, karya ini pun berhasil diselesaikan dengan apik.
"Yang paling susah adalah anatomi. Menyesuaikan tangan dan tubuh agar terlihat pangus (cocok)," ujarnya.
Gusman optimistis dengan kelanjutan seni ogoh-ogoh Tampaksiring yang dikenal realis nan ikonik.
Ia sudah melihat bakat-bakat generasi muda.
Ini membuat pekerjaan pun semakin mudah.
Satu sama lain berbagi tugas, ada yang membuat kerangka, tangan kaki, perwajahan, ornamen, hingga sentuhan penyelesaian.
"Saya berusaha mencari bibit di bidangnya dan saya sudah melihat potensi-potensi itu. Ogoh-ogoh ini bukan karya pribadi, namun karya bersama-sama," tandasnya. (*)