Stres Karena Jagoan Kalah di Pemilu Bisa Terjadi, Ini Tips Untuk Mengindarinya, Pertama Tarik Napas

Keyakinan politik seperti halnya keyakinan agama, yakni merupakan bagian penting dari diri dan lingkungan sosial seseorang.

Editor: Eviera Paramita Sandi
Net
Ilustrasi 

TRIBUN-BALI.COM, BANDUNG - Momen Pemilu 2019 menjadi ajang yang dinanti-nanti masyarakat Indonesia dalam menentukan pemimpin negaranya.

Tak hanya para calon dalam Pemilu tersebut yang merasa deg-degan akan hasilnya.

Begitupun para pendukung mereka yang ikut deg-degan akan hasil yang didapat.

Politik merupakan bagian dari identitas diri seseorang.

Keyakinan politik seperti halnya keyakinan agama, yakni merupakan bagian penting dari diri dan lingkungan sosial seseorang.

Di Amerika Serikat, isu stres pasca pemilu mencuat sebagai respon terhadap pemilu 2016 lalu.

Kemenangan Donald Trump nampaknya tak hanya membuat banyak pendukung Hillary Clinton patah hati.

Tetapi juga membuat sebagian pendukung merasa stres bila perbedaan pilihan akan menghambat relasi mereka.

Lalu bagaimana menangkal stres pasca-Pemilu ?

Kekalahan dalam pemilu berkemungkinan kecil dapat mendorong seseorang mengalami depresi klinis.

Hal tersebut dikatakan oleh Mary McNaughton-Cassill yang merupakan seorang profesor psikologi di University of Texas-San Antonio.

Orang-orang yang mengalami depresi setelah pemilu adalah orang-orang yang telah memiliki kondisi tersebut sebelum pemilu.

Kejadian tersebut dapat mempengaruhi mood, tetapi tidak mempengaruhi kesehatan mental.

Meski demikian, sebaiknya menjaga diri dan memperbaiki mood setelah pemilu.

Caranya dengan menarik napas dalam, menikmati musik, berolahraga, hingga tidur secukupnya.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved