Gelombang Tinggi, Nelayan di Karangasem Takut Melaut

Nelayan di Banjar Dinas Ujung Pesisi, Tumbu, Kecamatan Karangasem tidak melaut sejak senin (15/4/2019), karena gelombang tinggi

Penulis: Saiful Rohim | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/Saiful Rohim
Seorang nelayan sedang memperbaiki jukungnya di Pesisir Pantai Ujung Pesisi, Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem, Jumat (19/4/2019). Ombak di pesisir pantai menghantam keras. Nelayan Ujung Pesisi beberapa hari terakhir tidak melaut karena glombang tinggi. 

TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Nelayan di Banjar Dinas Ujung Pesisi, Tumbu, Kecamatan Karangasem tidak melaut sejak senin (15/4/2019).

Penyebabnya, gelombang di tengah perairan Selat Lombok mencapai 2 - 3 meter, dengan kecepatan angin cukup kencang.

Jumat (19/4/2019), Abdilah nelayan asal Ujung Pesisi mengatakan hampir semua nelayan di Ujung Pesisi tak turun melaut karena khawatir dengan gelombang.

Yang turun melaut hanya sekitar 1 - 2 nelayan.

Itupun nelayan yang pasrah dengan gelombang.

"Gelombang di tengah laut tinggi. Saking tingginya glombang, kapal tangker sampai tak terlihat, seperti tenggelam. Nelayan di sini tidak melaut dari Senin hingga sekarang," kata Abdillah ditemui di Ujung Pesisi, Jumat (19/4/2019).

Romi nelayan asal Ujung Pesisi juga mengutarakan hal yang sama.

Ombak di pesisir pantai cukup keras hingga sampai ke daratan.

Baca: Pasca Kebakaran, Terminal Internasional Disiapkan untuk Check In Penumpang Penerbangan Domestik

Baca: Caleg DPRD Tasikmalaya Meninggal Akibat Serangan Jantung Saat Perhitungan Suara Internal di Rumah

Hantaman ombak ke sandaran terdengar keras.

Nelayan takut menurunkan jukung, khawatir diterjang ombak.

"Nelayan takut turun melaut. Daripada terjadi sesuatu, mendingan libur. Semoga cuaca segera membaik, dan ikan mulai ke permukaan," harap Romi.

Ia pun belum bisa memastikan kapan akan melaut.

Untuk mengisi waktu, nelayan memilih memperbaiki peralatan melaut.

Menata jaring, permak jukung, serta melihat kondisi jukungnya.

Ada juga sebagian yang beralih profesi, dari nelayan menjadi buruh bangunan dan petani demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Baca: Harga Tomat di Karangasem di Lebih Mahal dari Sekilo Beras, Bawang Merah Tembus Rp 40 Ribu

Baca: Sudah Siap Menonton Avengers: End Game? Pengamat Film Beri Tips agar Kamu Lebih Menikmatinya

"Sebagian nelayan juga terpaksa menganggur sembari menunggu cuaca membaik. Kemungkinan nelayan kembali melaut jika cuaca sudah membaik," tambah Romi, warga asli Banjar Dinas Ujung Pesisi.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved