Pemilu 2019
Pembuluh Darah Anggota KPPS di Bali Ini Pecah Usai Siapkan TPS, 2 Anggota Pengawas Meninggal
Pria yang menjabat sebagai kelian banjar ini jatuh sakit akibat kelelahan saat menjalankan tugasnya sebagai Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara
Penulis: eurazmy | Editor: Ady Sucipto
Tensi Naik Turun
Sementara itu, I Wayan Enteg (60), berharap urusan Pilpres dan Pileg 2019 segera berakhir.
Sebab pria yang mendapat tugas sebagai Ketua KPPS di TPS 2 Desa Buahan Kaja, Payangan, Gianyar, ini mengaku sudah lelah.
Terlebih lagi ia mengidap tekanan darah tinggi. Lantaran tugas yang relatif berat ini, tensinya naik turun.
Pria asal Banjar Selat, Desa Buahan Kaja ini mengatakan, sebenarnya dia sudah menolak terlibat dalam urusan Pemilu.
"Sebenarnya saya ingin istirahat urusan begini (menjadi anggota KPPS). Apalagi saat ini tugas KPPS lebih berat dari sebelumnnya," ujarnya.
Namun, dia tidak bisa menolak karena dinilai memiliki pengalaman. Jam kerja petugas KPPS yang padat membuat kondisinya memburuk.
Saat dia mengecek tensi, ternyata naik di angka 145 mmGh.
“Kerumitan mengisi formulir di TPS menyebabkan harus bekerja 24 jam. Mulai kerja jam 06.00 Wita sampai 06.00 Wita esok harinya. Saat itu kondisi tubuh tidak enak, saya pulang tidur sebentar untuk memulihkan kondisi sambil mengecek tensi. Benar saja tensi saya naik menjadi 145," ujar pensiunan guru SMA Negeri 1 Payangan itu.
Menjelang perhitungan suara di kecamatan tensinya kembali naik hingga 216 mmGh. Dia pun memeriksakan diri dokter.
"Tugas mengawal hasil di TPS di kecamatan jadi beban pikiran. Takut terjadi banyak kesalahan. Sebenarnya saya sudah menghindar dari tugas-tugas berat seperti menjadi KPPS.
Pekerjaan ini berisiko politik dan hukum. Di sisi lain berisiko tinggi, saya pernah terserang stroke tahun 2002 lalu,” katanya.
Faktor Kelelahan
Selain jatuih sakit, pelaksanaan Pemilu Serentak 2019 memakan banyak korban pahlawan demokrasi.
Dua jajaran Bawaslu di Bali meninggal dunia saat bertugas mengawal pelaksanaan pesta demokrasi tersebut.