Anda Jarang Tersenyum Saat Menghadapi Anak? Begini Dampaknya Terhadap Perkembangannya

Ekspresi sederhana seperti senyum dari orangtua ternyata bisa berdampak terhadap masa depan anak

Editor: Widyartha Suryawan
Ilustras/pexels.com/Kat Jayne
Ilustrasi baik pada diri sendiri 

TRIBUN-BALI.COM - Seberapa sering Anda tersenyum terhadap buah hati tersayang?

Jika Anda lebih sering cemberut ketika menghadapi anak, segera tinggalkan kebiasaan itu.

Biasakanlahmelempar senyum untuk buah hati Anda.

Ekspresi sederhana seperti senyum dari orangtua ternyata bisa berdampak terhadap masa depan anak.

Psikolog Anak dan Keluarga, Anna Surti Ariani menyebutkan sebuah hasil penelitian yang dilakukan oleh psikolog asal Amerika Serikat, Edward Tronick.

Penelitian tersebut mempelajari bagaimana senyum ibu kepada bayinya memengaruhi si anak. Hasilnya, ketika ibu tersenyum dan ekspresif, bayi cenderung memperlihatkan ekspresi bahagia.

Sebaliknya, ketika ibu hanya memperlihatkan wajah datar, bayi terlihat bingung, mencoba mencari perhatian ibunya, bahkan gelisah dan menangis setelah beberapa menit.

Hal ini menyampaikan tiga hal. Ketika orangtua tersenyum, anak akan merasa aman dan tahu berada di tengah orang yang tepat, anak merasa nyaman dan dicintai.

"Ketiga hal ini bersatu lalu terjadi attachment atau anak menjadi merasa dekat dengan orangtuanya." Hal itu diungkapkan pada sesi diskusi di RPTRA Akasia, Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (24/5/2019), sebagaimana dikutip dari Kompas.com.

Psikolog yang akrab disapa Nina itu menambahkan, kedekatan anak dan orangtua berhubungan dengan perasaan kasih sayang yang mereka terima.

Ketika anak merasa tidak disayang oleh orangtua, konsep diri mereka akan turun. Konsep diri yang rendah akan membuat kepercayaan diri anak juga turun.

Percaya diri yang rendah bisa menjadi dasar dari rangkaian masalah lain terkait pertumbuhan psikologis anak. Seperti sulit mengontrol diri dan sulit berteman.

"Kalau orangtuanya jarang tersenyum pada anak, rentetan ini akan terjadi," kata dia.

Usia dewasa Permasalahan itu barulah sebatas masalah di usia anak-anak. Ketika dewasa, anak akan menghadapi tantangan hidup yang lebih luas.

Sifat negatif yang terbangun sejak kecil tersebut pada akhirnya akan berdampak pada lingkungan sekitarnya, seperti lingkungan kerja, pertemanan dan keluarga.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved