Perlengkapan Ogoh-ogoh Ramai Diburu Warga Gianyar Bali

Terlebih beberapa desa Pakraman melarang pembuatan ogoh-ogoh dengan alasan keamanan pemilu.

Editor: imam hidayat
Tribun Bali/IPutu Darmendra
penjual styrofoam di Gianyar Bali 

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Darmendra

 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Perlengkapan untuk membuat ogoh-ogoh ramai diburu warga Gianyar. Perlengkapan yang paling banyak dicari adalah styrofoam, lem, kertas, spon dan kain.

Pantauan TRIBUN-BALI.COM, Senin (10/3/2014), Toko Sari Karya  di jalan Ngurah Rai Gianyar menjadi tempat penjualan keperluan tersebut. Penyediaan perlengkapan menumpuk, lebih banyak dari hari-hari biasanya.

"Orang-orang mulai ramai mencari perlengkapan ogoh-ogoh sebulan sebelum hari raya ngerupuk. Yang paling dicari adalah styrofoam, lem, kertas dan spon" ungkap pemilik toko, Ni Made Rumini.

Styrofoam disediakan dengan ukuran yang paling besar. Kalau pembeli ingin ukuran yang lebih kecil, maka akan dipotong sesuai dengan ukuran yang dipesan.

"Kami sebut ukuran kasur untuk styrofoam yang paling besar disini. Ukurannya 1x2 meter, dengan ketebalan 50cm kami patok dengan harga Rp. 520 ribu. Bagi yang ingin mencari ukuran yang lebih kecil kita potong dan harganya juga ikut menyesuaikan" kata dia.

Untuk lem, toko Sari Karya menjual lem dengan merek Astro. Harganya yang paling kecil adalah Rp. 10 ribu dan yang paling besar Rp. 55 ribu. Kertas tidak kalah laris, dijual dengan harga Rp.  1.000 perlembar, jenis kertasnya adalah yang biasa digunakan untuk sampul buku.

"Lem hanya Astro saja, karena menurut beberapa pembeli, daya rekatnya sangat bagus untuk styrofoam.  Kalau kertas itu pasti, karena hampir semua ogoh-ogoh menggunakannya," papar dia.

Menurut penjaga toko, Ni Putu Suprianingsih, spon dan karton juga menjadi barang yang dicari, namun tidak selaris styrofoam, lem maupun kertas. Karena kurang pembelinya, ia menyetok sedikit saja hanya untuk jaga-jaga.

"Yang cari spon biasanya kelompok yang tidak memakai styrofoam. Mereka bikin ogoh-ogoh diulat menggunakan bambu. Harga spon ukuran 90x180cm yang paling tipis adalah Rp.  7.000 dan yang paling tebal adalah Rp.  15 ribu. Tapi sekarang jarang kok orang yang pakai spon," ujarnya.

"Kalau karton juga tidak tentu, tapi biasanya digunakan untuk badong ogoh-ogoh.  Yang tipis Rp. 1.000, menengah Rp. 2.000 dan yang paling tebal Rp. 5.000. Biasanya sekalian mereka beli permatanya untuk hiasan badong, 100 biji harganya Rp. 20 ribu," jelasnya.

Suprianingsih mengaku ada penurunan daya beli masyarakat sekarang, terlebih beberapa Desa Pakraman melarang pembuatan ogoh-ogoh dengan alasan keamanan pemilu.

Namun ia tidak khawatir sebab sisa barang yang belum laku terjual bisa habis pada hari-hari biasanya.

"Hari-hari biasa juga bisa laku sedikit demi sedikit. Orang Bali sekarang memakainya untuk banyak keperluan upacara baik itu Ngaben, Odalan ataupun orang nikah," sambungnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved