Citizen Reporter

Manusia Tiga C

Terbaik, Pertama, dan Terpuji. Yang ”pertama belum tentu terbaik”. Akan tetapi yang ”terbaik, pasti pertama terpuji”.

Editor: imam hidayat

Bila dengan sadar mempunyai pengertian benar, sesungguhnya telah ada dengan pasti ukuran memilihnya. Memilih guru, memilih calon pemimpin yang bersih dari cacat sosial, cacat moral, dan cacat spiritual.  Sosok Pinter, Bener, Kober. ”Kejujuran Dasar Keteladanan. Keteladan Dasar Kemuliaan, dan  Kerukunan Dasar Keutuhan”. 

Karena itu, pastikan ketika akan memilih calon guru dan calon pemimpin. Selain memilih  yang  bersih tanpa noda, tidak cacat social, tidak cacat moral, tidak cacat spiritual. Satu lagi hal, pilih yang cakap, cakep, cukup. 

 

Cakap, Cakep, Cukup

Ada istilah indah. ”...Sepandai-pandainya tupai meloncat, toh jatuh juga”.  Jadi sejelek-jeleknya dari yang terjelek pun, tetap ada pengagum, pemilih dan pendukungnya.

Secara hukum Dharma merinci jenis cacat dan jelek. Sebaliknya yang baik dan terpuji disebutkan dengan istilah indah; cakap, cakep, cukup.  Buddha Gotama oleh dunia dinyatakan sebagai manusia yang telah terbukti teruji dan terpuji cakap, cakep, cukup.  Cakap, berati pandai., terpelajar tidak buta huruf. Cakep, artinya handsome, ganteng berwajah tampan. Endang—enak dipandang—ada gambarnya. Cukup, artinya berkecukupan, kaya raya tidak miskin, tidak peminta-minta.

Menurut Dharma ”kaya” dan ”miskin” dirinci secara pasti, yaitu; kaya-miskin materi, ilmu, dan kebajikan. Sementara ada seseorang kaya harta materi, tetapi miskin ilmu, maka sering menjadi korban penipuan. Yang lain, kaya raya akan harta materi dan ilmu, tetapi  miskin kebajikan. Maka tindakanya syarat dengan kejahatan, keji kejam dan menghancurkan.

Jika seseorang benar-benar kaya harta meteri, kaya ilmu pengetahuan dan kaya kebajikan. Hidupnya wajar, tidak tunduk pada pandangan keliru, tidak menganut ajaran tahayul yang menyesatkan. Memiliki kepedulian. Tidak  membuat diri bahagia di atas penderitaan orang lain. Menyatakan diri baik, tidak dengan mengatakan yang lain jelek. Menyatakan diri benar, tidak dengan fatwa-fatwa yang lain salah. 

Setidaknya  ”miraga, mirama, dan mirasa”. 

Miraga, adalah terpuji secara ragawi, yang kasat mata indah. Mirama, adalah terpuji dalam bergerak-gerik badan sopan dan santun. Mirasa, adalah terpuji secara cita-rasa. Merasuk kedalam cipta budi karsa dan rasa. Semakin halus  seseorang bercita-rasa, semakin mendalam falsafahnya ”Sabdo Pandito Ratu”.

Adalah tidak hanya ”merasa bisa”  tetapi ”bisa merasa”.  Terhadap sesuatu, tidak hanya ”yang penting berbicara”  tetapi ”yang penting-penting berbicara”.

 

Kata Buddha ”Hiri, dan Otapa”

Dunia, negara, bangsa dan agama  menjadi damai oleh orang-orang ”Hiri---malu bebuat  jahat” dan ”Otapa---takut akibatnya”. Orang-orang menjadi aman dan damai, bukan dengan ”pagar kawat berduri”. Tetapi dengan ”pagar hati” yang membuat seseorang takut dengan dirinya sendiri.

Orang-orang yang tahu malu, tahu diri, dan mau membuat pagar hati, adalah menjadi bersih, tidak cacat hidupnya.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved