Persona
Erick Est, Sutradara Muda Bali Garap Jonas Thomassen
Aku senang menjadi sutradara, tapi bukan di Indonesia. Pemerintah belum bisa mensupport kita sepenuhnya.
"Kadang ada temen yang ngetok pintu tapi aku tidak hiraukan. Buat mereka yang tahu aku pasti sudah mengerti kok," jelas Erick.
Terkait dengan perkembangan film, Erick menyesali perkembangan film di Indonesia dewasa ini. Manurutnya, para pembuat film di Indonesia hanya mementingkan bisnis dan mengesampingkan unsur mendidik sekaligus menghibur.
"Hantu dan sensual wanita? Bukan mendidik itu namanya. Membodohi saja. Memang tidak semuanya seperti itu, tapi kebanyakan seperti itu," tegasnya.
Ia mengharapkan semua sutradara atau film maker Indonesia mementingkan film yang mendidik dan berkelas. Jika kelak mempunyai power yang lebih besar, Erick bercita-cita membuat dunia perfilman Indonesia lebih mendidik tanpa hanya mementingkan bisnis.
"Semuanya akan aku sensor, dan yang mutunya atau tidak mengandung makna pendidikan akan aku buang dan tidak boleh ditayangkan. Yang penting film itu membawa perubahan," tegasnya.
"Hampir semua film Holywood selalu menampilkan bendera Amerika, menjual dan mempromosikan negara mereka. Kita? Jangan kan mempromosikan, benderanya saja jarang tampil," pungkas Erick. (doe)
Penghargaan:
Festival film 15-15 Australia the best movie: rapuh 2004
The best video klip 6th bite my music global awards 2012 Malaysia (blue bird and skoko)
Africa selatan: video klip band prophese 2010