Laga Grup IX Divisi I Liga Indonesia
Pemain Perusak Ini Dijuluki Katos
Karakter keras dan perusak menjadi kebiasannya dalam setiap pertandingan
Laporan Wartawan Tribun Bali, Marianus Seran
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Perseden Denpasar memiliki striker yang berperan sebagai perusak di lini depan lawan.
Karena karakter ngotot striker yang bernama lengkap I Ketut Sudi Artawan ini dijuluki Katos (dalam bahasa Bali artinya keras) di klub Perseden.
Kepada Tribun Bali, putra keempat pasangan I Made Muka dan Ni Made Mukir ini mengaku sejak dulu bermain di posisi striker.
Karakter keras dan perusak menjadi kebiasannya dalam setiap pertandingan. "Tipikal saya memang keras. Sehingga teman-teman memanggil saya katos," kata pengidola Alvaro Recoba dan Luis Suarez ini.
Karena daya juang yang tinggi di lini depan, suami Noni Agustini ini selalu mencetak gol dalam setiap laga.
Di divisi I Grup IX Liga Indonesia tahun 2014, dia telah mengoleksi satu gol bersama Perseden Denpasar.
Gol spektakuker tendangan jarak jauh itu dibuat saat Perseden mengalahkan Persikabpro Probolinggo, 3-1.
Sebelumnya, bersama klub Putra Tresna pada kompetisi internal Perseden, lima gol berhasil dilesakkan ayah dari Putu Pande Sagita ini ke gawang lawan.
Pemilik nomor 17 Perseden ini juga pernah mencetak empat gol pada kompetisi internal PS Badung.
Kala itu dia membela Mumbul FC. Di Tabanan, alumni SMPN 5 Melaya Eka Sari dan SMAN Ngurah Rai Jembrana ini, berhasil mencetak enam gol dalam kompetisi internal Kabupaten Tabanan.
Pria asal Jembrana ini membuat kejutan pada kompetisi divisi I dan II internal Kabupaten Jembrana. Di sana dia berhasil menjadi top skor dengan mengoleksi 10 gol pada divisi I dan 10 gol lagi di divisi II.
"Belum banyak pengalaman saya. Tapi dengan sedikit bekal itu saya ingin jadikan sepakbola sebagai pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarga kecil saya," katanya.
Pemain bertinggi badan 169 ini mulai bermain sepakbola sejak duduk dibangku SMP. Keseriusan ingin menjadi pesepakbola mulai nampak saat naik ke jenjang pendidikan SMAN.
Namun sebelumnya, kedua orang tua melarang agar tidak bermain bola.
"Orangtua awalnya melarang karena masih kolot dan belum tahu tentang sepakbola. Hanya kakak Putu Artayasa yang mendukung. Kakak yang belikan sepatu saat saya masih SMA," katanya.
Dukungan orangtua mulai mengalir setelah melihat dan paham bahwa sepakbola tidak berisiko dan ternyata positif.
Sejak itu semua keluarga termasuk keluarga kecil mendukung karir sepakbola hingga saat ini bergabung bersama Perseden.
Katos mengaku menekuni sepakbola menjauhkan dia dari kelurga kecilnya. Saat kangen, media telepon menjadi obatnya.
"Kalau rindu saya telepon untuk bicara dengan istri dan anak. Kami juga saling percaya karena jarak sering memisahkan kami. Keluarga kecil menjadi motivasi saya dalam bertanding," katanya.
Dia memiliki ambisi yang sama seperti pemain Perseden lain. Membawa Perseden lolos grup dan ke divisi utama adalah harga mati.
"Saya ingin kembalikan kejayaan Perseden Denpasar seperti prestasi puluhan tahun lalu," katanya.
Bersama Perseden, pemain yang suka mengenakan sepatu Nike ini ingin menjadi pesepakbola profesional. Baginya sepakbola telah menjadi mata pencarian selama ini.
"Hasil bermain bola lumayan bisa memenuhi kebutuhan kelurga kecil. Kelak saya ingin anak menjadi pesepakbola karena olahraga ini positif," sebut pemain asal Nusa Penida ini. (*)