Community

Jangan Takut, Coba Mainin Enak Kok!

Barcode Beri Pendidikan Soal Hewan Reptil yang Nyaris Punah

Editor: Rizki Laelani
zoom-inlihat foto Jangan Takut, Coba Mainin Enak Kok!
TRIBUN BALI/IRMA YUDISTIRANI
Putu Indra Muliawan

Laporan Wartawan Tribun, Irma Yudistirani

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Minggu sore itu (8/6), di Universitas Warmadewa, Jalan Hayam Wuruk, Tanjung Bungkak, Denpasar, dua pria mengeluarkan ular yang sisik coraknya berwarna kuning.

Pria berkacamata bertubuh tambun itu memangku reticulatus phyton albino. Sedangkan pria satunya bercelana putih mengalungkan ular sejenis yang ukurannya lebih kecil.

Beberapa orang di sekitarnya tengah memandangi dari jarak jauh. Bahkan ada yang terlihat ketakutan, mukanya seketika pucat ketika ular albino dimainkan pemiliknya.

Lalu seorang pria berkulit putih yang sedari tadi mengamati kerumunan tersebut tiba-tiba membuka penutup warna biru dari kotak plastik besar berwarna putih di sebelahnya.

Beberapa detik kemudian, seekor ular piton corak batik cokelat keluar dari dalam kotak tersebut. Makin menjeritlah kerumunan pria yang rata-rata berusia muda itu sambil mendorong-dorong tubuh kawannya.

Sementara, di antara kerumunan itu ada yang memandangi beberapa kotak plastik sambil mengerutkan keningnya.

Ada 12 kotak plastik ditumpuk berderet, di atas tiga meja kayu usang warna cokelat yang saling berdempet.

Kotak-kotak itu berisi berbagai jenis reptil berlainan corak dan warna seperti, leopard gecko yaitu reptil sejenis tokek asal Asia Tengah (Iran, Pakistan, India dan sebagainya).

Ada juga tarantula cobalt blue asal Amerika, savana monitor asal Gurun Savana Afrika, milk snake asal Amerika, ball python asal Afrika, reticulatus python albino asal Asia (Indonesia, Philipina).

Terus ada molurus albino asal Indonesia dan anaconda asal Amerika Selatan. Kegemaran yang sama itu terwadahi dalam komunitas Bali Reptile Community for Edutainment atau disingkat Barcode.

Mereka terlibat dalam kegiatan sosial bersama Yayasan Kanker Indonesia Regional Bali di kampus Universitas Warmadewa.

Komunitas berjumlah 25 orang ini aktif mengadakan kerja sama dengan berbagai yayasan sosial atau perusahaan yang mengadakan kegiatan sosial.

Tujuan utamanya adalah memberikan edukasi tentang reptil dan hiburan atau entertainmen pada masyarakat.
Komunitas itu sendiri berdiri pada tanggal 14 Februari 2012.

Terbentuk karena ingin mewadahi para pecinta reptil khususnya di wilayah Denpasar. Menurut Putu Indra Muliawan, Founder atau pendiri Barcode, komunitas pecinta reptil di Bali masih bisa dihitung jari.

"Setahu saya baru ada empat, namun mereka banyak yang tidak aktif," ujar Indra, sapaannya, pada Tribun Bali.

Lanjut pria berkacamata ini, komunitas seperti ini perlu dibentuk mengingat banyaknya masyarakat awam yang masih menganggap reptil sebagai binatang menjijikkan dan berbahaya, khususnya ular.

"Mereka bagian dari keseimbangan ekosistem rantai makanan di alam. Kalau salah satu rantai terputus yang diakibatkan oleh hilangnya satu spesies, maka akan terjadi ketidakseimbangan di alam yang ujung-ujungnya akan berdampak juga buat manusia," terang bapak satu anak ini.

Ia pun mencontohkan kasus petani yang sawahnya yang padinya sering diserang oleh hama tikus.

Menurutnya, itu karena pemangsa alaminya yakni ular sudah jarang terlihat akibat perburuan yang tidak terkendali.

Karena itulah para penghobi reptil ini berkumpul dan membentuk komunitas yang tujuannya untuk memberikan edukasi dan hiburan pada masyarakat. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved