Semarak Piala Dunia di Bali

Skandal Main Mata

Akankah Jerman menerima karma dan Aljazair mendapatkan "keadilan"

Editor: Rizki Laelani
zoom-inlihat foto Skandal Main Mata
TRIBUN BALI

TRIBUN-BALI.COM - PIALA Dunia 1982. Italia bersama Paolo Rossi-nya tampil luar biasa. Gli Azzurri mengalahkan Jerman (dulu Jerman Barat) 3-1 di partai puncak untuk merebut gelar ketiganya di Piala Dunia.

Selain cerita kejayaan Italia, Piala Dunia di Spanyol itu juga menyisakan cerita kelam. Wakil Afrika, Aljazair, yang tidak diunggulkan justru muncul sebagai fenomena.

Aljazair mengawalinya penampilan luar biasanya dengan mengalahkan raksasa Jerman 2-1, kemudian Cile 3-2, walaupun dikalahkan Austria 0-2 di babak penyisihan Grup B. Mereka yakin lolos ke putaran berikutnya.

Namun apa yang terjadi? Sebuah skandal besar. Jerman yang bermain di laga terakhir melawan negara tetangganya Austria ternyata "main mata" di Kota Gijon.

Kedua tim "bermain tidak serius" dan mengatur skor 1-0 untuk kemenangan Jerman Barat, sehingga membuat Jerman dan Austria lolos ke putaran berikutnya.

Naas bagi Aljazair yang harus tersingkir. Ketiga tim sama-sama mengantongi poin akhir empat, namun Aljazair kalah selisih gol.

Pengaturan skor yang kemudian dikenal sebagai skandal Gijon itu pun mendapat protes keras kubu Aljazair serta berbagai kalangan. Di stadion, pendukung Aljazair mengacungkan uang sebagai bentuk protes terhadap laga "sandiwara" itu.

Kini sudah 32 tahun berlalu. Kasus main mata ini kembali mencuat ke permukaan. Hal ini terkait pertemuan Aljazair dengan Jerman pada babak 16 besar Piala Dunia 2014, Selasa dinihari.

Well, ini akan menjadi partai penuh emosi bagi pemain dan juga publik Aljazair. Pelatih Aljazair Vahid Halilhodzic bahkan menegaskan rakyat Aljazair tidak akan pernah melupakan drama tersingkirnya tim "serigala padang pasir" akibat skandal yang dilakukan Jerman di Piala Dunia 1982 tersebut.

Setelah menjadi korban konspirasi Jerman dan Austria di Spanyol, kini Aljazair kembali menemukan momentum bersejarah di Brasil. Untuk pertama kalinya, tim "serigala padang pasir" mampu melewati babak penyisihan grup dan lolos ke 16 besar.

Aljazair telah empat kali lolos ke putaran final Piala Dunia. Tapi, baru kali ini mereka mampu menembus babak 16 besar. Pada tiga partisipasi sebelumnya, yakni tahun 1982, 1986, dan 2010, mereka selalu gagal melewati babak penyisihan grup.

Hasil ini menjadi prestasi sekaligus kejutan besar bagi Aljazair. Kini Sofiane Feghouli dkk pun bersiap meneruskan perjuangan dengan misi mengalahkan Jerman di 16 besar.

Keberhasilan menyingkirkan Jerman akan bermakna ganda bagi negara muslim tersebut. Selain mencetak sejarah besar lolos ke perempat final untuk kali pertama, mereka juga sukses membalas dendam pada Tim Panser.

Akankah Jerman menerima karma dan Aljazair mendapatkan "keadilan" di Porto Alegre? (*)


Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved