Semarak Piala Dunia di Bali
Dutch Master
Van Gaal harus berpikir mengorbankan satu atau dua pemain untuk mengawasi pergerakan Messi
TRIBUN BALI.COM - BANYAK pelatih hebat dan jenius yang hadir di ajang Piala Dunia 2014. Namun hanya ada satu sosok yang sampai sejauh ini dianggap paling fenomenal. Dia adalah Louis van Gaal!
Van Gaal mencuri perhatian dengan kejeniusannya meramu atau merancang taktik brilian. Kesuksesan Belanda lolos sampai semifinal tak lepas dari sentuhan tangan dingin sang master.
Berawal dari taktik kejutannya saat Belanda meluluhlantakkan juara bertahan Spanyol 5-1 pada laga perdana Grup B.
Saat itu Van Gaal mengubah pakem 4-3-3 dengan pola "aneh" 5-3-2 dengan menjadikan serangan balik sebagai senjata utama.
Kemudian Van Gaal membuat keputusan penting soal strategi tim kala bertemu Meksiko di 16 besar.
Tertinggal 0-1 hingga menit-menit akhir, Van Gaal meminta jatah "water break" yang kemudian dimanfaatkan untuk mengatur strategi baru.
Pola 4-3-3 dipertajam hingga akhirnya Belanda mampu melesakkan dua gol dalam enam menit.
Mantan pelatih Ajax, Barcelona, dan Bayern Muenchen ini kembali menunjukkan kejeniusannya di perempat final saat melawan tim kuda hitam Kosta Rika.
Jelang beberapa detik babak perpanjangan waktu usai saat skor masih 0-0, Van Gaal menggantikan kiper Jasper Cillessen dengan Tim Krul yang berbuah kemenangan Belanda atas Kosta Rika 4-3 lewat adu penalti.
Strategi Van Gaal tersebut kembali menuai pujian. Asal tahu saja, taktik pergantian kiper untuk menghadapi penalti sangat jarang dilakukan pelatih.
Yang lazim adalah memasukkan pemain untuk disiapkan menjadi eksekutor penalti. Kini tantangan besar menanti Van Gaal.
Di semifinal, Belanda harus bertemu raksasa Amerika Selatan yang masuk favorit juara, Argentina, Kamis (10/72014) dinihari. Taktik apalagi yang dirancang sang Master?
Tentu hanya Van Gaal yang tahu. Bisa jadi ia kembali menerapkan taktik 5-3-2 untuk menahan gempuran Tim Tango, kemudian menikam dengan serangan balik cepat.
Van Gaal sadar betul, Argentina bermain super opensif dengan pemain sekelas Lionel Messi atau Gonzalo Higuain, namun memiliki kelemahan di lini belakang.
Satu yang pasti, Van Gaal harus berpikir mengorbankan satu atau dua pemain untuk mengawasi pergerakan Messi, si Kutu yang menjadi otak serangan sekaligus eksekutor paling berbahaya Tim Tango.