Griya Style
Rumah Teduh, Paduan Batuan Alam
Perlu Ketelatenan, Kesabaran dan Perawatan Khusus
Penulis: Ni Ketut Sudiani | Editor: Rizki Laelani
Laporan Wartawan Tribun Bali, Ni Ketut Sudiani
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Memasuki kediaman Anak Agung Made Aryawan, Ketua DPD REI Bali, seperti menyusuri taman rindang yang lapang, sejuk dan teduh.
Pertama kali menapak di depan pintu gerbang kediamannya langsung terasa nuansa alam yang menyegarkan pandangan mata.
Perpaduan aneka jenis bebatuan di hampir setiap sudut bangunan rumah, menambah suasana alami kediaman Anak Agung Made Aryawan.
“Saya suka bereksplorasi dengan batu, karena membuat kami merasa begitu dekat dengan alam,” ucap Aryawan di kediamannya, di jalan Kertawinangun I No 15 Sidakarya, Denpasar, Kamis (17/7/2014) lalu.
Berbagai jenis bebatuan, baik yang berasal dari Jawa maupun Bali, menghiasi rumah Aryawan. Jalan setapak menuju teras belakang rumah ditata sedemikian rupa hingga memperlihatkan pola tertentu.
Pilihan warnapun dibuat tidak seragam, namun diberi pembeda yang membuat adanya batasan yang tegas.
“Pembuatannya cukup memakan waktu dan memerlukan kesabaran, karena pemasangannya dibuat satu per satu, tidak bisa sembarangan,” ujar Aryawan.
Menurutnya, pola serupa akan lebih mudah dibentuk di era kini karena telah adanya kecanggihan teknologi.
Sementara, ketika bagian itu dibuat sekitar tahun 2002, seseorang mesti melakukannya secara manual, meletakkan batu satu per satu.
Begitu juga halnya dengan dinding bangunan utama. Diberi sentuhan batu berwarna alam, seperti cokelat muda, hijau kebiruan, juga krem.
“Pemasangan batu random ini agar lebih natural dan tidak membuat bosan,” sebutnya. Diperluan keahlian khusus untuk menyusunnya. Sebutnya tidak mudah menata bentuknya yang tidak beraturan.
Di dalamnya pastilah juga terdapat unsur eksperimen. Selain proses pembuatannya yang memerlukan ketelatenan, ternyata perawatannya pun membutuhkan perhatian khusus. (*)
