Persona

Dari Sirkuit Balapan, Made Ferry Jadi Bos Diler Motor

Setelah itu, saya kapok melanjutkan balap liar di jalanan. Saya ingin jadi pembalap di arena resmi

Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Agung Yulianto
Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin
I Made Ferry Astawa 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Zaenal Nur Arifin

SAAT itu I Made Ferry Astawa berusia 18 tahun, ketika mengenal dunia trek-trekkan roda dua di jalan raya di Yogyakarta. Pria yang dikenal dengan nama Made Ferry ini pun terjun balap liar.

Sering terjatuh dari sepeda motor pada saat balapan, tidak membuatnya jera. Dia justru semakin tertantang untuk lebih mahir menggunakan motor yang juga digunakannya ke sekolah. Bahkan, dia cukup terkenal sebagai tukang kebut yang disegani karena jawara balap motor liar di masa itu.

0Namun pada suatu hari pada 36 tahun lalu, Made Ferry melihat kecelakaan, satu sepeda motor menabrak gerobak. Pengendara motor luka parah, tapi tidak ada yang berani menolong.

"Setelah itu, saya kapok melanjutkan balap liar di jalanan. Saya ingin jadi pembalap di arena resmi balapan," ujarnya kepada Tribun Bali belum lama ini.

Made Ferry langsung tancap gas mengikuti perlombaan pertama di tingkat Kelurahan Demangan Baru, Yogyakarta. Balapan itu diikutinya setelah mendapat restu kedua orangtuanya.

Pada balapan perdananya itu, dia langsung mendapatkan gelar juara pertama. Prestasi itu membuatnya semakin bersemangat mengikuti adu balap di sirkuit resmi.

"Bahkan setelah itu, dalam satu perlombaan, saya bisa bawa lima piala untuk semua seri yang dilombakan karena saya ikut semuanya," ujarnya sambil tersenyum.

Pada 1989 dia mendapatkan kontrak untuk bergabung dengan Team Yamaha. Namun, dia harus kembali ke tanah leluhurnya di Bali atas permintaan kakeknya yang tinggal di Seririt, Desa Tunju, Bali.

Berbekal doyan bongkar pasang mesin sepeda motor, Made Ferry akhirnya mendirikan bengkel kecil bernama Made Ferry Motor. Pada awalnya, bengkel ini hanya memiliki lima karyawan, termasuk istrinya, Wiwik Budi Rohani.

Nama bengkel ini kemudian cepat melejit karena garapannya mampu memuaskan pelanggan, dan kemudian menjadi bengkel unggulan di Jalan Pattimura, Denpasar.

Pada Juni 1997 bengkelnya menjadi diler motor dengan merek dagang Honda, dan terbesar di Bali sampai saat ini. Bengkel ini memiliki cabang, di antaranya di Jalan Sakah, Jalan Raya Sukawati, dan Jalan Raya Tegallalang, Gianyar.

Dalam menjalankan usaha diler motornya, Made Ferry menerapkan ketekunan baik dirinya sendiri, istri, dan karyawannya. Maksud ketekunan Made Ferry adalah tekun dalam berhitung uang dan tidak sembarangan memakai uang yang ada.

"Harus ada catatan pembukuan yang jelas, baik pengeluaran maupun pemasukan ke diler. Selain tekun, juga menerapkan sistem kekeluargaan baik dari karyawan, konsumen, dan semua yang ada di keluarga besar Honda Made Ferry motor," ujarnya.

Sebisa mungkin semua konsumen diingat oleh karyawan agar kesan kekeluargaan terasa sangat kental. Selain itu, seluruh karyawan dianggap sebagai keluarga sendiri oleh Made Ferry dan istri. (zae)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved