Smart Women
Inda Jadi Perempuan Pertama Pimpin Pengusaha Bali
Nah, yang penting, bagaimana saya bisa berkontribusi untuk kemajuan usaha
Penulis: Ni Ketut Sudiani | Editor: Agung Yulianto
Laporan Wartawan Tribun Bali, Ni Ketut Sudiani
SOSOK IG AA Inda Trimafo Yudha sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Bali, terutama di kalangan para pengusaha. Perempuan asal Puri Carangsari, Badung itu berhasil membuktikan perempuan juga bisa memimpin.
Belum lama ini, ia terpilih sebagai perempuan pertama yang menjadi Ketua Umum BPD Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Bali periode 2013-2016.
Sebelumnya, perempuan yang akrab disapa Inda ini juga menjadi perempuan pertama yang dipercaya sebagai President Junior Chamber Indonesia (JCI) pada 2007.
Jadwal Inda begitu padat. Dalam satu hari, perempuan kelahiran 18 Desember 1976 ini harus menghadiri sejumlah pertemuan. Baik itu sebagai pemimpin perusahaan dan juga aktif di sejumlah organisasi. Bagi ibu dua anak ini, setiap detik waktu menjadi begitu berharga.
Putri ketiga dari I Gusti Ngurah Alit Yudha dan I G A Wardhani Pindha ini mengatakan, selama kepemimpinannya di HIPMI, dia berusaha akan merangkul semua pengusaha-pengusaha Bali, dan membuka jaringan seluas-luasnya agar pengusaha bisa semakin memajukan usahanya.
"Selain itu, saya juga ingin melibatkan partisipasi mahasiswa agar mereka memiliki semangat enterpreneurship," ujarnya kepada Tribun Bali di A True Balinese Experience (TBE) di Denpasar, belum lama ini.
Inda juga merupakan Managing Director TBE, usaha yang sebelumnya dirintis oleh ayahnya yang merupakan mantan anggota DPR RI. Saat didirikan, usaha itu hanya menyediakan jasa rafting.
Namun akhirnya, setelah Inda menempuh studi bidang pariwisata dan manajemen perhotelan di Adelaide-South Australia, dia kemudian melebarkan sayap perusahaan dengan menambah sejumlah pelayanan.
Jasa wisata yang dibangun Inda di antaranya Bali Elephant Camp, Mountain and Village Cycling, Jungle Tracking, dan Horse Riding. Semuanya tetap berada di bawah payung TBE.
Inda tidak cemas kalau ada yang beranggapan hanya mendompleng bisnis ayahnya. Justru itu, dia tidak akan pernah lupa peran ayahnya sebagai pendiri perusahaan.
"Nah, yang penting, bagaimana saya bisa berkontribusi untuk kemajuan usaha," kata Inda yang belakangan juga membangun usaha pembuatan coklat berlabel Pod Coklat, PT Bali Chocolate.
Inda mengatakan, dalam kurun waktu sekitar empat tahun sejak TBE didirikan, usaha tersebut belum menunjukkan perkembangan yang signifikan, bahkan terbilang menemui titik buntu. Tingkat penjualan sangat rendah.
"Bahkan saya sempat dengar ada orang yang berkata kalau usaha itu dikira sudah bangkrut. Wah, saya semakin terdorong untuk membangunnya kembali," jelasnya.
Bagi perempuan yang sempat menetap selama sepuluh tahun di Jakarta ini, mengolah usaha yang sudah setengah jalan justru lebih susah daripada membangun perusahaan yang benar-benar dimulai dari nol.