GRIYA STYLE

Tetap Berpijak Pada Filosofi Bali

Kenyamanan dan ketenangan di kediaman Asisten Akunting Manager Cooperate Handi Sastrawan

Penulis: Ni Ketut Sudiani | Editor: Rizki Laelani
TRIBUN BALI/ANDRIANSYAH
Kediaman Asisten Akunting Manager Cooperate Handi Sastrawan (28) di Kuta Utara, Badung. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Selain membuat rumah dan halaman hijau, ayah Handi, I Wayan Suarna (56) yang juga seorang pengajar menjelaskan, konsep rumah itu sesuai dengan filosofi Bali, yakni Tri Mandala, ada bagian Utama, Madya, dan Nista.

Bangunan rumah dibagi menjadi tiga bagian utama yang dibuat berjenjang, ditandai dengan pembatas tangga kecil.

Pada bagian Utama (tertinggi), di sebelah timur, yang dianggap paling suci, digunakan untuk pembangunan sanggah (pura keluarga).

Seseorang dapat langsung melihat bangunan sanggah setelah memasuki pintu masuk utara. Sejajar dengan bangunan sanggah, terdapat garasi yang dibuat simpel dan terbuka pada ke empat sisinya, hanya berpagar kayu.

Ruang garasi dapat menampung dua mobil dan sekitar dua sepeda motor. "Garasi memang sengaja dibuat sederhana dan tidak ditutup rapat, agar juga selaras dengan lainnya, dekat dengan alam," jelas Suarna.

Setelah menyusuri bagian utama yang dikelilingi sejumlah tanaman perindang, Tribun Bali memasuki bagian Madya (tengah) dengan melewati beberapa anak tangga batu.

Di sana ada dua bangunan, di antaranya bangunan dua lantai sebagai ruang pribadi untuk Handi dan istirnya Putri, serta sebuah balai delod untuk tempat persembahyangan.

"Rumah ini memadukan konsep tradisi dan modern yang identik dengan minimalis. Kami tetap mempertahankan aturan-aturan dalam tradisi Bali, tapi juga membuat inovasi-inovasi baru," kata Suarna.

Pada bangunan utama memang tidak tampak adanya unsur-unsur yang mencirikan tradisi Bali, semisal ukiran-ukiran pewayangan, namun ditata minimalis dan modern.

Namun, berbeda halnya dengan balai delod yang sangat kental dengan nuansa Bali.

Sebagaimana adat Hindu, upacara keagamaan manusia yadnya dan pitra yadnya seperti pernikahan, potong gigi, maupun tiga bulanan akan berlangsung di sana.

"Kita sebagai orang Bali tidak akan bisa lepas dari upacara keagamaan, jadi balai delod ini mesti ada," ujar Suarna, asli Kuta, Badung. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved