Asyiknya saat Utak-atik Mesin Tamiya

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Tamiya yang dimiliki para komuntias yang mengikuti Kejurnas di Bali tak sekadar mainan anak-anak.

“Kecepatan Tamiya ini lebih dari 100 kilometer per jam,” ujar Ari Mudiyanto, satu dari tim JAIM Batubulan, sambil menunjuk speed checker, atau alat pencatat kecepatan yang terletak di sela kotak perkakas.

Karenanya, ujar pria yang akrab dipanggil Ari ini, orang yang masih awam atau yang bukan pencinta Tamiya, menonton pertandingan mobil mini ini mungkin menjemukan.

Mata seakan tidak sanggup mengikuti kecepatan Tamiya. Bahkan, kamera yang hanya berkecepatan rana maksimal 1/4000 detik hanya sanggup menangkap gambar blur dari Tamiya yang tengah meluncur.

Namun, pencinta Tamiya memiliki alasan tersendiri menekuni permainan ini. Seperti misalnya Gusman. Ia mengaku kepuasan tertinggi ketika bermain Tamiya adalah memelajari pengoperasian mesinnya.

“Yang paling asyik itu ya ketika utak-atik mesinnya. Apa baterainya kurang daya, atau bannya gimana,” tutur Gusman.

“Jadi, Tamiya itu bukan sekadar mainan anak-anak. Yang kalau dilihat saja seperti cuma lari meluncur cepat gitu saja. Tapi, asiknya ada pada bagaimana kita bisa membuatnya lari tetap pada jalur,” papar Gusman.

Hal senada dikatakan Anton, anggota tim JAIM dari Batubulan yang mengerahkan 15 personil dalam kejurnas.

Ia mengaku mencintai mobil Tamiya karena unik. Meski Anton baru menekuni dunia Tamiya sejak 5 tahun lalu, kurun waktu yang relatif sedikit dibanding Ari atau Gusman yang telah memelajari Tamiya sejak lama, namun bagi Anton, mempelajari Tamiya memiliki seni tersendiri.

“Ya disitu seninya. Utak-atik mesin. Jadi otak bisa main,” ujar pria asal Sumatera ini sambil melempar tawa. (*)