Property

Kamper Masih Jadi Pilihan

Memilih Jenis Kayu yang Tepat untuk Membangun Rumah

Penulis: Niken Wresthi KM | Editor: Iman Suryanto
Tribun Bali/Istimewa
Ilustrasi Pembangunan rumah 

SEJUMLAH bahan material harus diperhatikan ketika akan membangun sebuah rumah. Misalnya, pemilihan kayu untuk bahan bangunan yang menjadi bagian penting.

Secara fungsinya, kayu biasa digunakan sebagai kusen, konstruksi dan bahan membuat furniture. Dosen Jurusan Tehnik Arsitektur Universitas Udayana, Ida Ayu Armeli, menjelaskan, dalam pemanfaatan material kayu sebagai bahan konstruksi harus mempertimbangkan beberapa hal.

“Kalau untuk konstruksi itu yah mulai kerangka bangunan sampai kerangka atap atau kap harus betul-betul diperhitungkan,” tutur perempuan yang akrab dipanggil Armeli ini. Pemanfaatan kayu sebagai bahan konstruksi menuntut perhatian lebih detail.

Sebab, tak seperti furniture yang pemanfaatannya cenderung di dalam ruangan, kayu yang dijadikan bahan konstruksi harus lebih kuat dan tahan terhadap berbagai perubahan cuaca. Armeli menyatakan, jika dilihat dari segi ketahanan, kayu jati tetap menjadi pilihan utama.

Namun, ia menyatakan, jati adalah pilihan utama jika pertimbangannya adalah kualitas. Jika mengikutsertakan pertimbangan biaya, Armeli menyarankan beberapa alternatif lain.

Misalnya, kayu bengkirai. Kayu ini memiliki kualitas yang bagus. Serat yang dimiliki cukup halus. Serat ini, memberi kesan artistik tersendiri pada penampilannya. Kehalusan serat adalah faktor pertimbangan pemilihan jenis kayu.

Namun, dilihat dari kekerasannya, kayu jenis ini seringkali dinilai terlalu keras. Sehingga, proses pengolahannya sedikit sulit. Kayu ini ditawarkan seharga Rp 5.500.000 per meter kubik, dengan ukuran 4x6.

“Bengkirai itu harganya di bawah jati, kualitas di atas kamper. Tapi daripada kamper dia lebih keras, tidak mudah dipotong atau dibentuk. Jadi yang repot tukangnya. Biaya ekstranya bukan pada harga beli kayu, tapi fee untuk tukangnya ini,” tutur Armeli sambil melempar tawa.
    
Selain bengkirai, Armeli juga menyarankan kayu kamper. Kamper sering dimanfaatkan untuk kusen jendela, pintu dan kap. “Sampai saat ini rajanya kusen itu masih kamper,” tutur Armeli yang juga menggunakan kamper sebagai rangka plafon di kediamannya.
    
Serat kamper tidak sekeras bengkirai, sehingga pengolahannya lebih mudah. Dari segi harga, kamper ditawarkan Rp 4.550.000 per meter kubik, dengan ukuran 4x6. Selain kamper, Armeli menyebutkan satu jenis kayu yang juga sering menjadi alternatif, yakni kayu kruing.
    
Dibanding bengkirai dan kamper, dalam ukuran yang sama, kruing ditawarkan dalam harga yang paling rendah, yaitu Rp 3.800.000 per meter kubik. Kruing tidak memiliki serat seperti kamper atau bengkirang. Serat kruing pun sedikit kasar dan cenderung berbentuk lurus.

Gunakan Kembali Kayu Patokan

Dosen Jurusan Tehnik Arsitektur Universitas Udayana, Ida Ayu Armeli menuturkan, jika mematuhi tradisi Bali, ada ritual yang dilakukan sebelum mulai membangun. Yaitu menancapkan batang kayu patokan pertama di sebelah utara-timur atau timur laut lahan. Kayu ini harus memiliki panjang semeter.
    
“Bukan hanya pada rumah tradisional, pada pembangunan rumah berdesain minimalis modern pun, jika pemiliknya mengikuti tradisi. Maka sebelum mulai dibangun kayu berukuran panjang semeter ini harus ditancapkan dulu di sisi timur laut lahan calon bangunan,” tutur perempuan yang masih menerapkan nilai-nilai filosofis tradisional Bali dalam pembangunan rumahnya.
    
Penancapan kayu patokan pertama ini memiliki nilai filosofis lebih tinggi daripada nilai praktisnya. Setelah tradisi ini dilakukan, kayu bisa dibuang sebelum mulai membangun.
    
Karenanya, dalam menentukan kayu patokan berukuran semeter ini, beberapa orang memutuskan untuk memilih sembarang kayu. “Karena memang tradisinya begitu. Yang penting sudah ditancapkan, habis itu dibuang nggak apa-apa. Makanya orang-orang lebih milih sembarang kayu. Yang penting ada aja, setelah itu ya dibuang,” tuturnya.
    
Namun, Armeli menuturkan, ukuran panjang satu meter ini cukup signifikan. Dengan panjang satu meter, kayu ini bisa dimanfaatkan kembali untuk usuk plafon. Karenanya, untuk lebih menghemat biaya, Armeli menyarankan untuk menyimpan kembali kayu patokan ini.
    
“Malah lebih baik kalau mencari kayu berkualitas untuk patokan. Nanti, bisa disimpan untuk digunakan lagi sebagai usuk misalnya,” terangnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved