Community
Terkiber Update Gaya Teater Biasa Dinikmati Berbagai Kalangan
Awal terbentuk sebenarnya dari undangan mengisi acara di sebuah stasiun radio di Denpasar
Penulis: Niken Wresthi KM | Editor: Rizki Laelani
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Tahun 2008 awal kelahiran komunitas Teater Kini Berseri atau bekennya disebut Terkiber, ternyata hanya digerakkan sekitar tujuh orang.
Ketujuh orang ini sebelumnya adalah sahabat yang telah saling mengenal dari ekskul teater dari SMA masing-masing.
Indra Parusha, anggota pertama Terkiber, mengatakan komunitas ini berawal dari nostalgia. “Pingin aja awalnya, dari SMA sering main teater, waktu sudah lulus ingin ngadain acara lagi,” kenangnya saat ditemui di Aula ISI, Minggu (14/9/2014).
Kemudian ia mulai menghubungi beberapa kawan yang tidak semuanya berdomisili di Denpasar. Namun, tampaknya bukan hanya Indra yang merindukan animo berteater.
Pementasan demi pementasan selalu berhasil dihelat meski kawan sekomunitasnya tersebar di beberapa kota lain selain Denpasar.
Hingga akhirnya pengalaman mentas, membawa mereka ke sebuah festival teater di Singapura Oktober mendatang.
Berbicara tentang aliran dan karakter, sesuai namanya, Indra mengatakan Terkiber berupaya mementaskan seni teater yang bisa dinikmati segala kalangan dengan gaya yang selalu update.
“Indra dulu pencetusnya. Asal saja sebenernya,” tutur Erwin. Disebutnya, dari Indra pula nama Kini Berseri didapat.
Nama ini, sebenarnya berawal dari undangan mengisi acara di sebuah stasiun radio di Denpasar. Undangan ini tidak mengatasnamakan individu, melainkan komunitas.
Baik Erwin dan Indra masing-masing menyadari mereka tidak lagi bisa menggunakan nama kelompok teater di SMA mereka. Sejak keduanya, kala itu, telah berstatus sebagai alumni.
“Waktu kita sudah sampai di stasiun radio, kita baru sadar, kita belum punya nama nih,” tutur Erwin.
Ia mengaku, karena keterbatasan waktu dan pilihan alternatif lain, keduanya akhirnya sepakat menggunakan nama Kini Berseri.
Ia juga bertutur baru setelah mendapat nama, makna filosofis dari nama tersebut dipikirkan.“Baru setelah nama dapat, kira-kira maknanya apa itu kita pikirin,” kenangnya. (*)