YOUNGSTAR
'Restart' Smansa Movie Crew Sabet Prestasi di Festival Film Pelajar
Bentuk Smansa Movie Crew, Gandhi Raih Sutradara Muda Terbaik FFPN
Penulis: Ni Ketut Sudiani | Editor: Rizki Laelani
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Remaja berprestasi Bali, I Gede Gandhi Bramayusa, berhasil meraih penghargaan Sutradara terbaik dalam Festival Film Pelajar Nasional, Agustus lalu di Medan.
Film garapannya yang berjudul 'Restart' itu, merupakan karya pertamanya sejak mendirikan Smansa Movie Crew.
Gandhi, sineas muda kelahiran 18 Juni 1997 itu tidak hanya terpilih sebagai sutradara terbaik, tapi ia dan timnya mampu menyabet lima anugrah sekaligus dari 11 penghargaan yang diperebutkan.
Dalam kompetisi tingkat nasional itu, tim Smansa Movie Crew berhasil menyisihkan 30 peserta lain dari seluruh wilayah di Indonesia.
Penghargaan yang diraih film ‘Restart’ di antaranya, editing terbaik Widhi Artha, penata kamera terbaik Deandra Kusuma, penulis cerita terbaik Melinda Prabamitha, pemeran utama pria terbaik Govinda Gotama, sutradara terbaik Gandhi Bramayusa dan Film Terbaik untuk Smansa Movie Crew SMAN 1 Denpasar.
Saat ditemui Tribun Bali belum lama ini, Gandhi yang mengenakan seragam SMAN 1 Denpasar, bersemangat menceritakan proses di balik layar produksi 'Restart'.
Poster film garapannya itupun tampak dipajang pada sejumlah papan pengumuman. "Awalnya teman-teman tidak setuju karya ini diikutkan lomba karena mulanya ditujukan hanya untuk acara sekolah," tutur Gandhi.
Namun, ia terus meyakinkan timnya bahwa film itu justru akan bernilai lebih jika diikutkan dalam ajang bergengsi.
Belakangan, merekapun sepakat mengikuti festival yang digelar oleh Persatuan Artis Sinetron Indonesia (Parsis) itu.
"Meskipun sempat terlambat pengirimannya, tapi ternyata hasilnya sangat memuaskan, kami menang," ucap Gandhi yang berangkat ke Medan bersama rekan kameramennya, Wira.
Bersama sepuluh film terbaik lainnya, karya Gandhi ditonton ratusan orang dan dinilai lima juri ahli. "Bangga sekali rasanya. Jurinya ada dari International Student Film Festival," lanjutnya.
Dewan juri sempat memberi komentar pada Gandhi, baik terkait kelebihan maupun kekurangan film ‘Restart’.
"Katanya, pemilihan angle-nya bagus, begitu juga ceritanya. Walaupun tema pasaran, tapi endingnya mengejutkan, tidak mudah ditebak. Mereka juga mengapresiasi kesungguhan kami mengikuti kompetisi ini," ungkapnya.
Hanya saja, imbuh Gandhi, mereka masih terlalu banyak membubuhkan musik dalam setiap adegan. Selain itu, ia diingatkan soal ilustrasi masih menggunakan karya orang lain yang diunduh dari internet.
"Katanya akan lebih baik kalau musiknya kami ciptakan sendiri," terang Gandhi. Setidaknya, memerlukan waktu sekitar tiga bulan untuk menggarap film, sementara dirinya hanya memiliki waktu satu bulan.
Singkatnya waktu persiapan, membuat Gandhi dan timnya harus pandai mengatur jadwal. Film digarapnya pada Juli lalu, dengan waktu shooting hanya enam hari di tiga lokasi, Serangan, sekolah, dan di sebuah gang.
Serangkaian prosespun dilalui, seperti penentuan ide cerita, penyusunan naskah, casting pemain, survei tempat, shooting, hingga editing akhir. "Pernah sampai malam-malam kami masih kerja di sekolah," kenangnya.
‘Restart’ berkisah tentang Gilang, anak muda yang salah pergaulan. Dalam hasutan kawan-kawannya, ia terjerembab dalam alkohol.
Gilang yang mulanya adalah siswa SMA yang lugu, belakangan terpancing untuk ikut merokok, minum minuman keras dan balapan.
"Ada tiga pilihan ending yang saya buat, nanti penonton yang menentukan. Saya sisipkan juga flashback di sebuah kafe, di mana ia justru menolak ajakan temannya. Di sana ada peralihan-peralihan," tutur putra sulung pasangan Gede Dwi Sudi Manuarta dan Ni Made Andayani
itu.
Gandhi sengaja mengolah dan memainkan filmnya sedemikian rupa agar tidak menoton.
"Selama ini banyak film yang flat-flat saja. Saya tidak mau seperti itu," imbuhnya.
Ia juga secara jeli mengatur menit-menit awal pembukaan film agar mampu memberi kesan lain dan meyakinkan penonton untuk terus menyaksikan.
"Tema umumnya sebenarnya adalah pendidikan. Saya mengangkat isu ini karena sekarang sedang hits. Semoga yang menonton dapat berpikir lebih positif dan bisa membuat perubahan yang lebih baik," harapnya.
Menurut Gandhi, pemilihan judul ‘Restart’ pun dimaksudkan untuk menyampaikan pemahaman dan cara pandang baru bahwa tidak selamanya sebuah pengulangan itu tidak baik.
Namun, seseorang mengulang untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Semangat Gandhi membentuk Smansa Movie Crew pun dilandasi atas keinginan untuk menciptakan sesuatu.
"Harus ada yang bisa dibuat, tidak hanya sekadar dipaksa-paksakan," sebutnya. Keberhasilan film ‘Restart’ menurut Gandhi tidak lepas dari dukungan semua pihak, terutama para siswa yang tergabung di ekstrakurikuler.
"Para tim yang dipilih memang orang-orang terbaik. Sound-nya dibuat tim marching band," terangnya.
"Tim komputer bantu untuk editing, sementara talentnya dari teater angin, dan teman-teman jurnalistik garap skripnya. Kesemuanya ada 25 orang," pungkasnya. (*)
