Community
Hanabi Cosu, Mereka Menyebutnya Cosplayer
Sebenarnya kita teman main sebelumnya. Sama-sama suka budaya Jepang
Penulis: Niken Wresthi KM | Editor: Agung Yulianto
Laporan Wartawan Tribun Bali, Niken Wresthi
MEREKA menyebutnya cosplayer, julukan bagi para pecinta seni animasi buatan Jepang, yang biasa dikenal sebagai anime atau manga.
Menurut cosplayer yang juga mendirikan sebuah tim Cosplay bernama Hanabi Cosu, Rizhal Azmy, Cosplay diambil dari kata cos atau costume dan play yang berarti lakon atau tokoh.
"Kurang lebih maksudnya mengenakan kostum dari lakon atau tokoh anime, kartun, atau film. Untuk pelakunya disebut cosplayer," ujarnya kepada Tribun Bali di sebuah acara Jejepangan bertema Creation STD di Gedung Bhumiku di Jalan Gunung Soputan, Denpasar belum lama ini.
Berangkat dari kata costume, para cosplayer hobi mengenakan kostum semirip mungkin dengan tokoh tertentu. Mulai dari rambut pasangan, make up hingga aksesoris yang dikenakan. Kostum ala tokoh manga ini tentu tidak dikenakan setiap hari. Tetapi pada acara tertentu. Misalnya photo session, kompetisi, atau pada even-even Jejepangan.
“Biasanya kami hadir di acara Jejepangan di Bali, seperti Creation STD, Tokyo Fiesta, Doki-doki Festival, dan Bon Odori. Kami pernah mengikuti kompetisi Cosplay dalam event Creation STD, Bon Odori, dan Doki-doki Festival,” ujar Rizhal.
Pada acara Jejepangan tersebut, pria berkulit cerah dan bertubuh tinggi ini mengenakan kostum berwarna dominan putih, wig shaggy pendek berwarna pirang, dan selendang hijau di bahu kanannya.
Kostum itu lengkap dengan aksesoris seperti kalung, gelang dan pedang palsu bercat kuning keemasan. Nuansa manga makin kental dengan make up pada matanya yang sipit, dan wig pirang dengan model potongan berlapis yang meninggalkan poni panjang hingga membelah sebagian wajah.
“Kali ini kami ambil tema Magi. Magi itu satu cerita anime Jepang, tapi bernuansa ke-Arab-araban juga,” tutur Rizhal.
Menurutnya, penampilannya kali ini disiapkan dalam rangka mengikuti kompetisi. Pada kompetisi Cosplay biasanya dibedakan menjadi dua kategori berbeda. Yaitu coswalk dan action. Pada coswalk, cosplayer peserta kompetisi hanya butuh berjalan melintasi catwalk.
Pada coswalk, kriteria yang dinilai terutama pada kemiripan tata rias dan kostum dengan tokoh asli. Sedangkan pada kategori action, aksi tokoh pun turut jadi pertimbangan penilaian.
Kecintaan tim Cosplay Hanabi Cosu pada tradisi Jepang ini ternyata berakar dari latar belakang pendidikan mereka, yakni sastra Jepang.
“Kebanyakan dari kami memang mahasiswa Sastra Jepang, jadi hampir semua budaya Jepang kita suka,” ujar Rizhal yang masih menyelesaikan studi S1-nya di Fakultas Sastra Jurusan Sastra Jepang Universitas Udayana, Denpasar ini.
Meski demikian sebelum tim yang dapat dikunjungi di laman Facebook ‘Hanabi Cosu’ terbentuk, para cosplayer-nya merupakan sekawanan yang sering menghabiskan waktu bersama.
“Sebenarnya kita teman main sebelumnya. Sama-sama suka budaya Jepang, seperti anime. Akhirnya ya kumpul kita bikin satu tim bernama Hanabi Cosu,” ujar Rizhal.
Nama Hanabi juga diambil dari bahasa Jepang yang berarti kembang api. Makna filosofis yang dijadikan pertimbangan yakni keindahan yang dinikmati dari campuran warna kembang api.
“Kembang api itu kan kesannya menyatu gitu. Warna-warni tapi menyatu dan indah. Ya, maksudnya, karakter kita beda-beda tapi tetap bisa menawarkan sesuatu yang indah. Sedangkan cosu merupakan akronim dari Cosplay,” papar Rizhal. (Tribun Bali cetak/wre)