Griya Style
Luas Terbatas, Desain Interior Tanpa Sekat
Racikan Ni Nyoman Indra Lestari untuk rumah nyaman dan bikin betah
Penulis: Ni Ketut Sudiani | Editor: Rizki Laelani
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Luas lahan yang terbatas tidak serta merta membatasi seseorang untuk mengeksplorasi rumahnya.
Desain minimalis, dan penataan yang manis serta apik, justru dapat memberi daya tarik tersendiri.
Ni Nyoman Indra Lestari, dokter spesialis kulit dan kelamin menyadari betul hal itu. Bersama suaminya yang juga seorang dokter, I Dadek Bobby Wira Utama, ia memanfaatkan setiap ruang di rumahnya semaksimal mungkin.
Setiap detail ia perhatikan, termasuk kemungkinan penataan ruang untuk memaksimalkan sirkulasi udara.
Saat Tribun Bali berkunjung ke kediaman Lestari, Sabtu (15/11/2014) di Jalan Tukad Badung, Denpasar, Bali, rumah berlantai dua tersebut terasa sejuk.
Meski luasnya hanya dua are, tapi Lestari mampu mengolahnya sedemikian rupa hingga terkesan cukup lapang.
"Saya dan suami sangat memperhatikan sirkulasi udara. Apalagi anak-anak saya masih kecil. Jadi mereka dapat menikmati udara segar," kata Lestari.
Agar sirkulasi udara baik, Lestari sengaja menggunakan sliding door, dan pintu lipat berkaca.
Ketika seseorang memasuki gerbang utama, akan langsung dapat melihat hampir seluruh isi ruangan di lantai satu.
"Kami merasa adem di sini. Udara masuk dari mana-mana. Sebenarnya rugi pasang AC karena akhirnya tidak terpakai," kata Lestari sambil bergurau.
Selain mempertimbangkan saluran udara yang baik, Lestari juga ingin membuat rumahnya menjadi simpel dan nyaman.
Lantai satu sekaligus ia manfaatkan untuk dapur, ruang makan, tempat berkumpul keluarga dan juga menerima tamu.
Di dalamnya juga bisa digunakan sebagai ruang membaca. Kesemuanya dibuat bersambungan tanpa ada sekat satupun.
"Kalau penataannya seperti ini jadi tampak lebih luas. Tidak perlulah ada pembatas apa-apa," ujarnya.
Dapur lengkap dengan peralatan lainnya, termasuk kulkas, diposisikan di pojok, menempel pada dinding.
Di dekatnya kemudian diletakkan sebuah meja kayu jati sepanjang sekitar satu setengah meter, yang dilengkapi dengan enam kursi abu-abu.
Lestari menatanya secara sederhana, tapi tampak begitu cantik. Di atas meja, ia letakkan sejenis mangkok besar berisi beragam buah aneka jenis.
Dipasang juga furnitur kecil beragam ukuran untuk tempat lilin. Tidak ketinggalan, vas bunga bening untuk bunga bertangkai tinggi warna ungu.
"Saya senang warna natural, kebetulan dekorasi di rumah memang lebih banyak hijau dan ungu," terangnya.
Sebagian besar warna furnitur, cat dinding, dan aksesori lainnya di rumah itu memang lebih banyak dibuat soft, semisal coklat, abu-abu, krem, putih, juga hitam.
Berdekatan dengan meja makan, ada dua sofa ukuran sedang yang biasa digunakan untuk menonton bersama.
Lestari boleh dikata seorang dokter yang senang berkesenian. Karenanya ia memilih sejumlah furnitur yang memiliki aksen seni.
Meja yang dipasang di ruang keluarga dibuat dari kayu jati, yang bentuknya tidak kaku. Di bagian sisinya ada beberapa ukiran menyerupai bentuk binatang, seperti kodok dan ular.
Bagian tengahnya tampak seperti cukilan-cukilan yang belum selesai, sehingga memberi kesan bernilai seni tinggi.
Selain itu, warna sofa dan selimut bantalnya dibuat padu. Ia tidak menggunakan selimut bercorak mencolok, tapi memilih motif yang menyerupai kain tradisional dari wilayah Indonesia timur. (*)