Beauty

Srinata Perindah Bentuk Dahi Pengantin

Tut De Sering Merias Payas Bali Modifikasi

Penulis: Ida A M Sadnyari | Editor: Rizki Laelani
istimewa

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Memasuki Tut De Wedding yang ada di Jalan Nusa Kambangan 134, Denpasar, Bali, berbagai perlengkapan tata rias wajah, rambut maupun pakaian dipajang di setiap sudut ruangan.

Tut De Wedding melayani paket rias pernikahan dari berbagai daerah.

"Kami menerima pengantin gaun panjang maupun pengantin Bali, baik Payas Agung maupun modifikasi. Selain pengantin Bali, kami juga menerima di luar pengantin Bali yaitu Solo putri, Sunda, Padang yang langka pemasangannya di Bali, menerima juga Betawi, dan pengantin berkerudung," ujar perias dan pemiliki Tut De Wedding, I Ketut Suarna ketika ditemui di Tut De Wedding, Sabtu (29/11/2014).

Menurut pria asal Denpasar ini, setiap daerah memiliki kekhasan dalam riasan pengantin. Seperti di Bali saja, setiap kabupatennya memiliki tata rias Payas Agung yang berbeda.

Payas Agung dibagi menjadi tiga karena bentuk riasannya benar-benar berbeda.

"Payas Agung yang sangat berbeda dapat dilihat antara Singaraja, Denpasar, dan Karangasem. Kabupaten lainnya, seperti Tabanan, Gianyar, Klungkung, Negara dan Badung hampir mirip dengan
Denpasar," katanya.

Namun, secara umum riasan pengantin Bali dapat dilihat pada tata rias rambutnya, mulai dari hiasan pada bagian dahi menggunakan srinata yang berfungsi memperindah bentuk dahi.

"Srinata merupakan hiasan dahi berwarna hitam, digambar dengan pensil alis, menyesuaikan bentuk dahi. Kalau dahinya agak lebar, srinata dibuat agak turun mendekati ke arah alis, sedangkan kalau dahinya sempit, sedikit dinaikkan," ujar pria kelahiran 25 Desember 1973 ini.

Selanjutnya adalah semi, adalah bentuk rambut bagian depan yang nantinya diberi malem untuk mengimbagi riasan srinata.

Semi juga menjadi tempat hiasan bunga sasak yang berbentuk engkug-engkunganan atau sunggran. Melengkung ke dalam menuju belakang telinga.

Setelah itu, riasan rambut memakai gelung kucit yang dihias dengan bunga emas. Di bagian depannya memakai petitis tajuk yaitu hiasan yang diletakkan secara simetri kiri dan kanan, di atas semi.

"Dalam Payas Agung, ada pakem mengenai jumlah bunga yang dipasang. Untuk kepala depan, menggunakan bunga emas bancangan satu bancang, bunga emas puspa lembo dua bancang, bunga sandat emas sebanyak 21, dan bunga emas kap dua bancang," ujarnya.

Selanjutnya di kepala bagian belakang, dipasang gelung kucit yang sudah dirangkai dengan 75 kuntum cempaka putih dan kuning, bunga sandat 50 tangkai dan mawar satu tangkai.

Dipasang juga garuda mungkur dan kompyong. "Itulah pakem Payas Agung dalam pawiwahan maupun metatah. Saat ini masih tetap digunakan terutama di lingkungan puri. Saya lebih sering merias dengan Payas Bali modifikasi yang diambil dari Payas Agung Badung," katanya.

Sebelum merias, Tut De biasanya melakukan ritual menghaturkan pejati sehingga bisa merias dengan baik dan pengantin terlihat pangling.

Dia mengaku selama ini berjalan lancar dalam merias sehingga konsumennya puas. Namun, tidak dipungkiri ada kesulitan dalam Payas Agung.

"Kesulitan untuk Payas Agung kalau rambut yang dirias pendek sehingga susah diatur. Namun bisa diatasi. Selain itu, jika wajah mereka bermasalah, agak kesulitan terutama yang berjerawat dan berminyak namun semua bisa diatasi," ujarnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved