Simpang Ring Banjar

Tempatnya Para Perajin Mengais Rezeki

Pusat Kerajinan Tangan Parisuda Wood Carver Banjar Kekeran

Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Iman Suryanto
Tribun Bali/I Wayan Eri Gunarta
KERAJINAN TANGAN- Ni Kadek Ayu Tari di antara kerajinan tangan yang dijual di Parisuda Wood Carver, Banjar Kekeran, Desa Angantaka, Abiansemal, Badung, Rabu (24/12). 

Di ruangan penuh kayu suar dan jati, I Made Pandya (45) bersama temannya, I Made Badra serius mengukir pandil. Mereka warga Banjar Belang, Desa Singapadu, Sukawati, Gianyar yang sudah belasan tahun mengais rejeki di Parisuda Wood Carver milik I Nyoman Sutapa, warga Banjar Kekeran.

Sembari mengukir motif patra dalam medium kayu, Pandya mengatakan dirinya sebagai orangtua yang hanya memiliki keahlian membuat ukiran. Sudah puluhan pengusaha kerajinan tangan di Bali pernah ia datangi.

"Sistem kerja buruh. Di mana ogkos bagus, di sana bekerja. Sekarang, pengusaha di kawasan Gianyar pada redup. Dan di sini ongkos yang kami dapat juga memuaskan," katanya, Rabu (24/12).

Ditanya mengenai berapa upah harian yang didapatkan, Pandya mengaku tak dibayar harian. "Dibayar sesuai kebutuhan. Sekarang butuh uang, ya sekarang minta. Kalau seminggu lagi butuh uang, ya seminggu lagi minta bayaran," ujarnya, namun tak merinci berapa nominal yang didapat.

Motif ukiran dan bentuk kerajinan yang dikerjakan, kata I Made Badra, bukan sesuai keinginan perajin. "Bos yang menentukan, mulai dari motif ukiran maupun bentuk kerajinan. Di sini menurut keinginan pasar. Karena itu, kerja di sini harus bisa membuat segala jenis kerajinan tangan," ujarnya.

Saat Tribun Bali mendatangi kediaman pemilik usaha, I Wayan Sutapa tengah tidak berada di rumah. Ni Kadek Ayu Tari, anak perempuan Sutapa mengungkapkan kerajinan yang dijual. Di antaranya, Patung Petani, Nelayan, dan ukiran pandil untuk mebel.

Pasar penjualan tidak hanya di kawasan Kabupaten Badung. Namun menyasar ke luar Bali, seperti Jakarta dan luar negeri, ke India. "Namun pembeli lebih banyak itu orang Bali. Dalam pengerjaan kerajinan, kami lebih cenderung mengikuti keinginan pasar. Pekerja tak mengerjakan motif yang muncul dari kerativitasnya. Tapi terpatok, ada sempel yang dibawa oleh pemesan," ungkapnya.

Di Banjar Kekeran, bahkan Desa Angantakan, I Nyoman Sutapa merupakan satu-satunya pengusaha kerajinan tangan yang masih tersisa. Saat itu, ada 11 orang perajin lain yang menggantungkan nasib di Parisuda Wood Carver. (i wayan eri gunarta)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved