Simpang Ring Banjar

Pura Tempat Meminta Taksu

Setiap hari suci, seperti purnama, tilem kajang kliwon, serta saat hari piodalan di pura yang jatuh pada Tumpek Lulut, sesajen khusus selalu dihaturka

Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Iman Suryanto
Tribun Bali/I Wayan Eri Gunarta
POHON TUA - Pura Merta Sari dipayungi pohon kepuh kembar. Pohon yang diperkirakan berusia ratusan tahun. Foto diambil, Jumat (26/12) siang. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - RINTIK hujan membasahi Banjar Kertajiwa, Desa Kesiman Kertalangu, Denpasar Timur, Jumat (26/12) pagi. Dedaunan pohon kepuh kembar yang berguguran, serta tidak adanya aktivitas warga di seputaran pura membuat suasana Pura Merta Sari terasa senyap.

Pura Merta Sari merupakan pura milik keluarga mendiang Jro Mangku I Wayan Warsa. Namun sejak tahun 1920an di sungsung oleh warga Banjar Kertajiwa. Di pura ini terdapat pohon kepuh kembar yang menjadi ciri khas pura. Diameter kelebaran batang mencapai lima pelukan orang dewasa dengan ketinggian 60 meter.

Jro Mangku Pura Merta Sari, Ni Wayan Santhi mengatakan, keberadaan pohon ini diperkirakan sudah sejak 300 tahun lalu. Sebagai pohon tua, keberadaannya sangat dihormati. Setiap hari suci, seperti purnama, tilem kajang kliwon, serta saat hari piodalan di pura yang jatuh pada Tumpek Lulut, sesajen khusus selalu dihaturkan untuk pohon ini.

Kata dia, menghaturkan sesajen pada pohon kepuh kembar bukan hanya sekedar menjalankan konsep Tri Hita Karana, dalam hal ini menjaga hubungan harmonis antara manusia dengan lingkungan. Namun juga bertujuan untuk menjaga hubungan harmonis dengan makhluk astral yang menjadi penghuni pohon.

Di Pura Merta Sari sendiri, sesuhunan yang dipuja adalah seekor burung paksi atau dalam mitor Hindu, merupakan kendaraan Dewa Wisnu. Selain itu, juga terdapat tiga sesuhunan Sanghyang Dedari.

Saat odalan nadi, atau ketika Tumpek Lulut bertepatan dengan hari purnama, Sanghyang Dedari ini harus dipentaskan. Sebab berfungsi sebagai tarian penyambut para dewata saat menyaksikan kelangsungan ritual upacara.

"Penari Sanghyang Dedari tidak boleh sembarangan. Harus anak-anak yang belum menginjak masa dewasa atau menstruasi. Sebab merupakan tarian sakral," ujarnya.

Saat ritual odalan berlangsung, yang bersembahyang di Pura Merta Sari tidak hanya warga setempat. Namun, Sesuhunan dan warga Banjar Sasih, Desa Lembeng, Sukawati juga datang melakukan persembahyangan di sini. Namun, saat odalan di Banjar Sasih, sesuhunan yang terdapat di Pura Merta Sari tidak lunga (hadir) ke sana. Hanya jro mangku saja.

Pelinggih-pelinggih yang terdapat di Pura Merta Sari di antaranya, Pelinggih Ratu Paksi, Sedan, Padma, Gedong Pengaruman, serta Pura Beji yang menjadi tempat pesiraman (pemandian) Ida Bhatara Sesuhunan sebelum upacara odalan berlangsung.

Kepada Tribun Bali, Mangku Santhi mengatakan, pura ini juga tempat meminta taksu. "Sudah biasa, kalau warga ingin belajar seni, pasti sembahyang di sini," ujarnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved