Griya Style

Usaha Ida Bagus Alit Rawat Bangunan Pakem Bali Peninggalan Leluhur

Lukisan Dinding Berisi Kalender Tika dan Kisah Pewayangan

Penulis: Ni Ketut Sudiani | Editor: Rizki Laelani
TRIBUN BALI/ I NYOMAN MAHAYASA

Pada lukisan kalender Tika milik Alit beda dari lainnya. Lukisan tersebut dibuat langsung di permukaan dinding. Di sana terdapat sejumlah tulisan aksara Bali yang menceritakan kisah pewayangan, lengkap dengan nama-nama hari suci tertentu.

TRIBUN-BALI.COM - Sebuah lukisan kalender tradisional Bali yang digunakan seorang pedanda (orang suci), tampak masih terawat pada sebuah dinding bangunan di Geria Satria, Denpasar.

Berbeda dari lukisan umumnya, yang hanya ditempel. Lukisan milik Ida Bagus Alit ini langsung dilukis di dinding.

Pemasangannya, ada di bangunan yang memang khusus untuk tempat tidur pedanda. “Kalender yang bernama Tika itu dibuat langsung oleh senimannya, leluhur saya. Hanya saja saya kurang tahu, siapa pastinya yang membuat itu,” tutur Alit.

Mengenai usia kalender, Alit tidak tahu pasti kapan tepatnya dibuat. Dinding yang berisi lukisan itu, digunakan pedanda untuk mencari duasa (hari baik).

Apabila ada umat yang datang kepada pedanda untuk meminta hari baik, lukisan kalender itu akan digunakan sebagai acuan.

“Nah, pedanda akan duduk di teras ini. Saat mencari hari baik, beliau tinggal melihat ke sana, disesuaikan dengan hitungan jari-jarinya,” terang Alit.

Tribun Bali sempat melihat kalender itu lebih dekat. Mengingat bentuknya yang sudah tidak lagi utuh, ada sebagian yang sudah lapuk sehingga diperbaiki dengan ukiran baru.

Warnanya pun sudah pudar, hanya saja detail setiap bagian masih dapat dilihat secara jelas. Jika hanya dilihat sekilas, agaknya tidak mudah bagi orang awam untuk memahami maksud lukisan itu.

Pada kalender tersebut, terdapat sejumlah tulisan aksara Bali yang menceritakan kisah pewayangan, lengkap dengan nama-nama hari suci tertentu.

Lukisan karakter pewayangan di dalamnya sekilas tampak seperti lukisan kamasan, hanya saja setelah diperhatikan, ternyata berbeda.

“Berbeda itu, bukan kamasan, coba perhatikan anatomi tokoh-tokohnya. Bentuknya lebih mirip seperti manusia, sudah lebih lentur. Sementara yang kamasan kan agak kaku dan sudah ada pakem bentuknya,” kata Alit.

Kalender Tika biasanya tidak ada di rumah pada umumnya. Hanya kalangan tertentu yang menggunakan, seperti keluarga besar Alit dari Geria Satria.

Nilainya yang penuh sejarah dan hanya mampu dimengerti oleh orang suci, membuat Alit dan keluarganya masih mempertahankan kalender itu. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved