Griya Style
Tenangnya Dengar Suara Gemericik Air Terjun Mini
Sangat Menenangkan Suasana Rimba Dalam Ruangan
Penulis: Ni Ketut Sudiani | Editor: Rizki Laelani
TRIBUN-BALI.COM - Nuansa hijau dan sejuk sangat terasa di kediaman IGN 'Rahman' Murthana ST di Jalan Wijaya Kusuma, Denpasar.
Ia membuat rumah menjadi hijau ditambah kolam minimalis berkonsep air terjun di dalam ruangan.
Saat Tribun Bali bertandang ke kediaman Rahman, Sabtu (24/1/2015) lalu, sangat terasa ada sesuatu yang istimewa. Apabila dilihat sekilas, bagian luar rumahnya, tampak biasa saja, pun terkesan umum.
Hanya saja, saat masuk ke ruang utama, pemandangan alam yang segera menyambut, bak memasuki rimba. Bagian dindingnya sungguh berbeda dari kebanyakan.
Rahman tidak tanggung-tanggung menghiasi dindingnya dengan bebatuan dan tumbuh-tumbuhan serta bunga kering.
“Ini sebenarnya rumah tua, sudah dibangun sekitar 23 tahun lalu. Belum pernah ada perbaikan yang mendasar. Dinding batu itu terbuat dari semen,” ujar Rahman yang saat itu ditemani istrinya, Putu Prida Dewi, ST.
Rahman menceritakan, ide dibuatnya konsep rimba di dalam rumah karena ia ingin menghadirkan suasana alam di dalam rumah.
Ia merasa, memiliki rumah di daerah perkotaan, tentu akan tidak mudah mencari udara sejuk dan segar. Bersama sang istri, ia mencoba mendesain sendiri bentuk yang diinginkan.
Agar tumbuhan di dalamnya dapat tetap hidup dan menyalurkan oksigen ke seluruh ruangan, Rahman menanam beberapa pohon hias yang bisa berkembang di dalam ruangan.
Untuk memberikan pencahayaan yang cukup, bagian atasnya sengaja dipasang penutup yang bisa langsung ditembus sinar matahari.
“Yang membuat konsepnya memang kami, tapi yang memasang orang ahlinya. Kalau seperti ini, jadinya rumah terasa teduh dan sejuk. Apalagi saat-saat awal pembuatannya, bagus sekali itu, semuanya begitu indah,” imbuh istri Rahman, Prida.
Prida mengatakan, saat itu mereka langsung memasang aliran air, sehingga rincik suara airnya dapat langsung didengar dan memberi kesan kedamaian.
Sebagai penampung air, di bawahnya diberi guci cokelat yang tampaknya terbuat dari tanah liat. Prida memberi pencahayaan khusus yang mengarah ke aliran air menyerupai air terjun mini itu.
Saat petang menjelang, cahaya akan tampak temaram, berwarna merah bercampur orange, seperti cahaya lilin-lilin dalam kegelapan. Sekilas, suasana seperti itu juga menimbulkan keromantisan.
Dinding rimba dibuat meninggi sekitar tiga meter, menyambungkan antara lantai satu dan lantai dua.
Sementara di sebelahnya terdapat tangga. Saat seseorang menuju ke lantai dua, di pertengahannya, dapat melihat lebih jelas taman kecil seperti goa yang agak menjorok ke dalam.
Pada bagian taman mini itulah, Prida dan suaminya menanam tanaman hias yang daunnya menjulur ke atas.
Angin yang sepoi-sepoi sesekali menggerak-gerakkan daunan itu. Bentuk dinding batu, dibuat begitu dinamis, dan penuh nilai artistik, seperti pohon besar berusia ratusan tahun.
Di dekat tanaman, ada batu berbentuk batang pohon yang terpotong bagian atasnya. Hanya bagian bawahnya saja yang ada, lengkap dengan akar yang menjalar dan seakan menjuntai.
Bentuk seperti itu membuatnya tidak kaku, dan memang tampak begitu serupa dengan aslinya yang ada di alam terbuka.
“Sebenarnya bagian bawah itu ada kolamnya. Dulu juga ada saluran air yang lengkap. Suami saya yang mengatur semuanya. Hanya saja karena kesibukan kami masing-masing, ada beberapa yang distop alirannya. Jadi hanya satu saja yang hidup, seperti yang dilihat hari ini,” pungkasnya. (*)