Kodok Pun Mancing di Tengah Jalan Raya Tegallalang Gianyar Bali
Aksi protes Pande Wayan Budiarsana tergolong unik. Ia memancing di tengah jalan raya saat sampah-sampah berhamburan keluar dari drainase.
Penulis: I Wayan Erwin Widyaswara | Editor: imam hidayat

TRIBUN-BALI.com - HUJAN mengguyur di Tegallalang, Kabupaten Gianyar, pukul 06.00 Wita. Pande Wayan Budiarsana yang akrab dipanggil Kodok (30) terbangun dari tidurnya, begitu mendengar suara desuran air akibat kibasan ban motor dan mobil yang melintas di sebelah rumahnya, Kamis (29/1). Ia pun keluar dari kamarnya. Kembali dia melihat sampah-sampah keluar bersama air dari dalam drainase.
“Wah, ini sudah keterlaluan,” gumamnya.
Kesabaran warga Banjar Tegallalang pun memuncak. Ia pun berinisiatif untuk mengambil sebuah pancing yang biasa ia gunakan untuk memancing ikan bersama kawan-kawannya. Ia terpaksa melakukan aksi memancing di tengah Jalan Raya Tegallalang, tepatnya 100 ke selatan dari arah Objek Wisata Ceking Terrace.
Aksi itu untuk menyadarkan warga bahwa kalau buang sampah sembarangan, jalanan akan seperti sungai. Para turis yang hendak berkunjung ke Objek Wisata Ceking pun mengacungkan jempol kepada Kodok. “Good, good,” kata seorang turis.
Berbekal sebuah pancing dan kursi plastik berwarna merah, ia lantas duduk tepat di tengah-tengah Jalan Raya Tegallalang. Tanpa basa basi, Kodok tak menghiraukan bunyi klakson mobil dan motor yang melintas pada saat itu. Ia bentangkan pancingnya persis seperti ia memancing ikan di sebuah sungai. Posisi duduk yang tegak lurus, Kodok pun telihat seperti patung. Ia melakukan aksi itu selama 30 menit.
Saat itu, sejumlah pengendara menertawai aksinya itu. Seorang pengendara yang melintas menggunakan motor berkata; “Ngudiang-ngudiangan to Pak! (Apa-apaan itu Pak!). Namun, sejumlah turis yang hendak mengunjungi Objek Wisata Ceking Terrace malah mengancungi jempol aksi yang dilakukan Kodok.
Kodok bercerita bahwa dirinya sudah kesal dengan perilaku masyarakat yang sering ia pergoki membuang sampah sembarangan ke dalam drainase. Oleh sebab itulah, ia ingin menunjukkan kepada warga bahwa jalanan akan seperti sungai penuh sampah jika membuang sampah sembarangan.
“Biar warga sadar saja. Memancing kan biasanya di kali, nah ini kan jalannya sudah seperti kali, jadi saya memancing saja di sini biar warga sadar daerahnya sudah seperti kali,” ujar Kodok.
Sebelumnya, lanjut Kodok, ia sudah sempat melaporkan kepada Perbekel Tegallalang untuk mencarikan solusi agar kondisi di sekitar rumahnya tidak selalu banjir. Saat itu, perbekel membuatkan surat bagi seluruh warga agar tidak membuang sampah sembarangan demi kenyamanan lingkungan di Desa Tegallalang. Namun, nyatanya warga tak menghiraukan imbauan perbekel.
“Sudah dibuatkan surat dulu, tapi warga tetap saja susah diberi tahu. Kami sudah pasrah di sini,” keluh Kodok. (*)
Informasi lebih lengkap, baca Harian Pagi TRIBUN BALI, edisi hari ini, Jumat, 30 Januari 2015.