Langgar Larangan di Pura Masceti, Ombak Tinggi dan Naga Akan Datang
pengakuan mereka, saat mereka melanggar larangan, seketika mereka melihat air laut menjadi ganas. Tinggi gelombang mencapai puluhan meter.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Iman Suryanto
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Saat mengunjungi Pura yang ada di Pantai Masceti, Gianyar, Bali, banyak pantangan yang harus dihindari.
Di antaranya tidak boleh memberi makan ikan yang hidup di telaga yang terdapat di Pura Masceti dan bagi orang yang dalam masa cuntaka (kotor) seperti tengah dalam masa berkabung, usai ada sanak saudara meninggal, menstruasi maupun ibu yang anaknya yang belum melakukan ritual potong rambut, tidak boleh masuk ke areal pura ini.
Saat Tribun Bali mendatangi Pura Masceti, suasana asri terlihat jelas. Dimana banyak pohon perindang yang tumbuh di areal pura. Seperti pohon jepun, kelapa, beringin dan masih banyak lagi. Sementara itu, tanah di seputaran areal luar pura pun tampak ditumbuhi rumput Jepang.
Di samping itu, sekitar 20 meter dari kawasan pura, Pantai Masceti dengan ombaknya yang membentur batu karang serta pesisir pantai yang bersih, memanjakan setiap orang yang berkunjung.
Kelian Dinas Banjar Medahan, I Made Surija mengatakan, keadaan tersebut menjadi daya tarik para pecinta alam dan pramuka untuk berkemah di sini.
Namun, tidak jarang juga mereka yang berkemah mengalami hal-hal mistis. Terutama bagi mereka yang melanggar larangan tersebut di atas.
Pada masa mudanya, Surija merupakan pembina Pramuka di Desa Medahan. Bahkan tak jarang ia juga disuruh mendampingi siswa atau warga luar yang berkemah di Pura Masceti.
"Dulu sering ada yang kemah. Dua tiga orang anak ada saja yang melanggar larangan. Akibatnya mereka menjadi kesurupan,' ungkapnya.
Kepada Tribun Bali, Surija menceritakan hal yang dialami oleh mereka yang kesurupan. "Yang saya dengar dari pengakuan mereka, saat mereka melanggar larangan, seketika mereka melihat air laut menjadi ganas. Tinggi gelombang mencapai puluhan meter. Saat berlari ke utara, untuk melarikan diri dari sapuan ombak, mereka dihadang oleh ribuan ular naga," katanya.
Sampai saat ini, ada berbagai keanehan yang terjadi di Pura Masceti. Satu di antaranya, malam hari, setiap selesai odalan sampah yang awalnya berserakan tak ada yang membersihkan, keesokan harinya tak ada satupun sampah yang tersisa. Bahkan sesajen yang ditaruh di pelinggih-pelinggih dengan ketinggian 1,5 meterpun pun hilang.
"Dari penuturan jro mangku yang tinggal di sana, katanya setelah odalan, air laut akan naik membersihkan areal pura. Tapi anehnya, warung jro mangku yang berjualan di sana, sama sekali tidak tersapu ombak," kata kelian dinas. (weg)