Nyepi di Bali

Warga Tak Peduli Panas Sesak Nonton Ogoh-ogoh

Sekeluarga datang ke sini, tapi sampai di sini pada menyebar. Saking ramainya jadi terpisah-pisah.

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Kander Turnip
Tribun Bali/Anak Agung Seri Kusniarti
Ribuan orang tumpah ruah menonton lomba ogoh-ogoh di Sukawati, Gianyar, Bali, Kamis (19/3/2015) malam. 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Panas, gerah, ramai, sesak mewarnai pawai ogoh-ogoh se-Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali, yang berlangsung Kamis (19/3) malam di areal parkir Pasar Seni Sukawati.

Sejak pukul 14.00 Wita, STT dari 13 banjar se-Desa Sukawati telah bersiap dari banjar masing-masing menuju jaba Pura Desa lan Puseh Sukawati untuk memarkir ogoh-ogohnya.

Masyarakat antusias memotret ogoh-ogoh yang berjejer. Tak sedikit dari masyarakat, khususnya anak-anak memanfaatkannya untuk sekedar selfie. Tepat pukul 18.00 Wita, Jro Mangku dengan sarana upakara banten Dapetan Durmangala mengupacarai ogoh-ogoh sebelum diarak.

Sementara itu sepanjang jalan menuju areal parkir Pasar Seni Sukawati sudah banyak masyarakat yang menanti-nantikan pawai. Mereka duduk sembari bercengkrama dengan warga lainnya.

Para undangan pejabat Muspika Kecamatan Sukawati tampak hadir didampingi Pejabat Perbekel Desa Sukawati, Bendesa Pakraman Sukawati dan undangan terkait. Tampak juga hadir salah satu anggota DPRD Bali Kadek Diana.

Pembukaan berlangsung sederhana, Camat Sukawati mengapresiasi kegiatan yang diprakarsai oleh Karang Taruna Putra Persada Desa Sukawati ini. Camat berharap kegiatan serupa dilaksanakan dari tahun ke tahun dengan terus melakukan evaluasi.

Seusai pembukaan, masyarakat dari berbagai daerah seketika memenuhi kawasan Pasar Seni Sukawati. Parkir kendaraan penuh di sisi barat maupun timur. Anak-anak hingga lansia tak luput berdesak-desakan untuk bisa menyaksikan secara langsung.

Pembawa acara pun berkali-kali menyerukan supaya penonton tertib dan duduk. Polisi, pecalang dan Babinkamtibmas yang dilibatkan pun kewalahan mengintruksikan supaya penonton duduk.

Satu diantara penonton, Ni Wayan Sri Wahyuni (32), warga Banjar Bedil mengaku sampai keluar keringat hanya untuk menyaksikan pawai ogoh-ogoh. "Dari ujung kepala sampai ujung kaki keluar keringat," ujar guru TK ini.

Meski demikian Sri Wahyuni tetap antusias. "Sekeluarga datang ke sini, tapi sampai di sini pada menyebar. Saking ramainya jadi terpisah-pisah," ungkapnya.

Sri Wahyuni pun merasa sedikit kesal karena harus berdesakan dan hanya bisa menonton kepala ogoh-ogoh saat atraksi. "Maunya kan supaya bisa nonton atraksi seke gong dan tariannya. Tahun depan panitia sebaiknya menyediakan layar lebar atau menegaskan supaya penonton mau duduk semua," jelasnya.

Ketua Karang Taruna I Made Suantara, mengatakan dalam parade ini masing-masing STT melakukan atraksi di catus pata dekat Pura Penataran Agung Sukawati dan perempatan Pasar Sukawati.

“Kali ini kami rancang yang sederhana. Tidak ada kriteria khusus untuk mengisi arakan ogoh-ogoh dengan fragmen tari. Yang penting adalah terwujudnya rasa persatuan diantara generasi muda di Sukawati,” jelasnya.
Setelah diarak Kamis malam kemarin, ogoh-ogoh tiap banjar akan kembali di arak di wilayah banjarnya masing-masing pada malam Pengrupukan, Jumat (20/3) malam. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved