Joroknya Toilet di Denpasar
Toilet ‘Seadanya’ ala Terminal Ubung dan Pasar Kreneng
Selain Lapangan Renon, Lapangan Lumintang, dan Art Center, toilet di Terminal Ubung dan Pasar Kreneng juga tidak kalah memprihatinkan.
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Made Ardhiangga dan I Wayan Erwin Widyaswara
TRIBUNBALI.COM, DENPASAR – Selain Lapangan Renon, Lapangan Lumintang, dan Art Center, toilet di Terminal Ubung dan Pasar Kreneng juga tidak kalah memprihatinkan.
Di Terminal Ubung, Denpasar, ada lima toilet umum yang bisa digunakan oleh siapa saja dengan membayar. Besarnya retribusi Rp 2.000 untuk kencing, Rp 3.000 untuk BAB, dan Rp 5.000 untuk mandi.
Dari lima buah toilet di sana, empat di antaranya dikerjasamakan pengelolaannya ke pihak swasta. Hanya satu toilet dikelola sendiri oleh pihak UPT (Unit Pelaksana Teknis) Terminal Ubung.
Kepala UPT Terminal Ubung, AA Eka Putra mengatakan, toilet-toilet di terminal itu dikelola oleh koperasi bekerjasama dengan pemerintah, khususnya UPT Terminal Ubung.
“Saya tak bisa memberi keterangan lebih jauh, karena ada sendiri petugas yang mengurusi itu,” kata Eka Putra.
Pantauan Tribun Bali pada Kamis (25/6/2015) siang, toilet di utara terminal paling memprihatinkan kondisi kebersihannya. Ada dua kamar di dalam toilet, sebelah kanan untuk laki-laki dan sebelah kiri untuk wanita.
Begitu memasuki toilet itu, bau pesing menyengat tajam. Dua westafel di situ juga tidak berfungsi, karena kran-nya sudah patah.
Dari tiga urinoir yang tersedia, satu diantaranya tak bisa digunakan dan ditutupi sebuah wadah dari anyaman bambu.
Ketika wadah dibuka, bau pesing menyengat, rupanya urinoir itu masih tetap dipakai pengunjung meski pencetan airnya tak berfungsi untuk menyiram kencing.
Di samping urinoir, ada dua kamar untuk BAB. Namun, keduanya tampak dikunci. Itu sebabnya, lelaki yang hendak mandi, harus masuk ke toilet wanita.
Saat Tribun Bali mencoba masuk ke ruang toilet wanita, tampak seorang lelaki yang keluar dari salah satu kamar mandi. “Soalnya yang di sebelah kan rusak dan bau sekali,” ujar lelaki itu.
Ada empat kamar di dalam toilet wanita. Namun, dua di antaranya juga tidak digunakan. Pintunya terkunci dari luar menggunakan kain.
“Toilet ini sudah diperbaiki sebulan lalu. Tapi belum ada seminggu rusak lagi. Ini memang toilet yang pertama ada di Terminal Ubung,” ungkap seorang pria tua yang menjaga toilet itu.
Di Pasar Kreneng Denpasar, toiletnya juga tidak lebih baik. Bedanya, toilet di Pasar Kreneng tak mengutip retribusi. Di depan toilet hanya tersedia kotak di mana pengguna toilet bisa memasukkan duit seikhlasnya saat keluar toilet.
Ada dua kamar di toilet pasar itu. Saat Tribun Bali memasukinya, Sabtu (27/6/2015), satu kamar digenangi air, dan satunya lagi gelap tanpa penerangan saat ditutup.(*)