Erupsi Gunung Barujari
Gunung Barujari Bukan Anaknya Rinjani
Tercatat dalam sejarah, pada tahun 1257 Gunung Samalas mengalami letusan sangat dahsyat, sehingga puncaknya yang menjulang langsung hilang.
Penulis: Sunarko | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN-BALI.COM - Akibat hembusan abu vulkanik yang keluar dari letupan Gunung Barujari di Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali ditutup pada Selasa (3/11/2015) mulai pukul 19.30 Wita hingga 23.30 Wita.
Orang bertanya-tanya bahkan bingung saat berita-berita menyebutkan bahwa Gunung Barujari berada di kompleks Gunung Rinjani, dan Gunung Barujari terbentuk dari Gunung Samalas, serta Gunung Samalas berlokasi di tempat Gunung Rinjani berdiri saat ini.
Kesannya jadi muter-muter. Malahan, ada berita yang menyebut bahwa Gunung Samalas itu ya Gunung Rinjani.
Berdasarkan Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) pada September 2013 yang dikutip National Geographic dan BBC News, sekitar 750 tahun yang lalu dan masa-masa sebelumnya, yang disebut Gunung Rinjani dan Gunung Barujari belumlah ada.
Waktu itu, di kawasan yang sekarang disebut sebagai kompleks Gunung Rinjani hanya ada Gunung Samalas setinggi sekitar 4.200 meter di atas permukaan laut.
Tercatat dalam sejarah, pada tahun 1257 Gunung Samalas mengalami letusan sangat dahsyat, sehingga puncaknya yang menjulang langsung hilang.
Begitu dahsyatnya letusan Gunung Samalas sampai-sampai sebuah penelitian menyebut bahwa hembusan abu letusannya ditemukan di dua kutub Bumi, yakni kutub selatan dan kutub utara.
Itu karena ketinggian abu yang dimuntahkan ke atas oleh letusan Gunung Samalas mencapai 43 kilometer.
PNAS menyebutkan, Samalas diperkirakan meletus antara bulan Mei hingga Oktober 1257.
Menurut Heryadi Rachmat, Ketua Tim Geosains Evolusi Gunung Rinjani, berdasarkan skala Volcano Explositivy Index (VEI), besarnya letusan Samalas 8 kali lebih dahsyat dibanding letusan Gunung Krakatau dan 2 kali lebih besar ketimbang letusan Gunung Tambora di Pulau Sumbawa (Provinsi NTB).
Letusan itu, menurut Heryadi seperti dikutip tempo.co pada 5 Agustus 2015 lalu, menghancurkan tubuh gunung dan menyisakan kaldera atau kawah sangat besar, yang lalu membentuk danau Segara Anakan.
Terbentuk danau karena kaldera yang menyerupai mangkuk raksasa itu terus menampung air hujan selama ratusan tahun.
Nah, setelah letusan Gunung Samalas, di sekitar lokasi gunung itu kemudian muncul gunung baru yang kini dikenal sebagai Gunung Rinjani dengan ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut.
Sedangkan dari danau Segara Anakan muncullah “anak Gunung Samalas” yang disebut Gunung Barujari yang kini setinggi 2.376 meter di atas permukaan laut.
Meskipun merupakan anak Gunung Samalas (yang tetusannya tercatat paling dahsyat di Indonesia hingga saat ini), dalam jangka waktu dekat, Gunung Barujari tak bisa dibilang sebagai ancaman.