Inspirasi
Pelukis di Ubud Pernah Jaya di Tahun 1970-an, Saat Wisatawan ‘Wajib’ Beli Lukisan di Bali
Pelukis di Ubud pernah mengalami masa kejayaannya di tahun 1970-1985.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Irma Yudistirani
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Pelukis di Ubud pernah mengalami masa kejayaannya di tahun 1970-1985.
Kala itu, wisatawan yang datang merasa wajib membeli lukisan, entah untuk buah tangan atau koleksi.
Namun kini berubah, wisatawan lebih menyukai shopping barang branded.
Karena itu, kini diharapkan seniman lukis harus tetap idealis demi menjaga kualitas karya.
(Lukisan Sudiarta Dikenal Saat Tak Sanggup Membeli Cat Warna di Tahun 1998)
“Saya kira sekarang dibutuhkan ekspektasi yang lebih dalam sebuah presentasi karya seni. Saya kira perubahan lifestyle membuat pergeseran sebuah karya, di sisi lain seniman terlalu mengabaikan sisi idealismenya,” kata I Wayan Sudiarta, pelukis asal Ubud.
Idealisme ini diartikan dengan hasil produk yang tidak mengutamakan kualitas tetapi kuantitas.
Mulai banyak karya duplikasi dengan harga lebih murah, pembuatan lukisan secara massal.
Hal ini membuat karya seni mulai bergeser menjadi lebih umum.

I Wayan Sudiarta. (Tribun Bali/ AA Seri Kusniarti)
“Maksud saya adalah kreatifitas tidak mengabaikan kualitas, termasuk ketahanan mental dan membangun personality. Seringkali seniman lupa akan karakter itu,” katanya.
Ia berharap generasi seniman muda Bali bisa mengasah kembali idealismenya dan tidak terlalu mengikuti arus zaman. (*)
(Siapa Sangka, Karya Lukis I Wayan Sudiarta Pernah Dibeli Kolektor Seharga Rp 2 Ribu)
Biodata :
Nama : I Wayan Sudiarta dosen dan pelukis asal Ubud
TTL : 23 April 1969
Profesi : Pengajar/Dosen di Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Undiksha Singaraja dan Pelukis di Peliatan, Ubud.
Hobi : Segala Bidang Seni Rupa, Musik dan Pecinta Alam
Pameran : Lokal (Bentara Budaya, Museum Neka dan beberapa galeri di Bali), Nasional (Jakarta, Bandung), Internasional ( Singapura, Jerman, Italia dan Belgia).