Smart Woman
Tak Sekadar Mendesain, Neli Gunawan Juga Pintar Menjual
Ia pernah menjadi pemenang pertama dalam ajang Fashion Design Competition for Leather Craft, 2006.
Penulis: Ni Ketut Sudiani | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Setelah 10 tahun menetap dan berkarya di Bali, Neli Gunawan, kini semakin memantapkan langkahnya untuk terus menciptakan berbagai desain unggulan.
Menurut Neli, selama ini ia melihat cukup banyak desainer yang hanya fokus membuat karya, tapi lemah dalam menjual.
(Ini yang Tak Biasa dari Neli Gunawan, Kain Bernoda Menarik untuk Digarap)
Belajar dari pengalaman itu, selain memperkaya pengetahuan di bidang desain, ia juga belajar semakin memahami perkembangan bisnis fashion.
Sebelum memasuki dunia fashion, Neli hanya dipercaya untuk membuat aksesoris.
Ia kemudian mendapat kesempatan untuk menangani langsung bagian fashion.
Ia mulai semuanya dari nol, dari teknik hingga cara-cara penjualannya.
“Saya belajar desain dari head to toe. Bagaimana membuat topi hingga sepatu. Awalnya saya sempat membuat baju peranakan, yakni campuran Indonesia, Melayu, dan China. Sekarang di asosiasi, kami sedang mengembangkan sarung,” ucap Neli yang cenderung membuat produk ready to wear.
Ia pernah menjadi pemenang pertama dalam ajang Fashion Design Competition for Leather Craft, 2006.
Acara itu diselenggarakan oleh Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia, dengan tema Kebaya Kulit.
“Di awal membangun bisnis ini, ya tentu ada kendalanya, yakni modal dan saya harus mengerjakan semuanya sendiri. Bagaimana membuat yang tidak stabil menjadi stabil,” tandas istri dari Rudy AO itu.
Meskipun sibuk mengurus bisnis dan tetap produktif mencipta karya, Neli masih menyempatkan diri membuat sketsa.
Bersama sang suami, Rudy, yang juga piawai membuat sketsa, kegiatan itu menjadi hobi baginya, yang tidak bisa ditinggalkan.
“Saya dari kecil sudah bisa menggambar. Setiap kali disuruh menggambar, pasti saya membuat baju. Hal itu terus berulang sampai kuliah. Jadi sekarang kegiatan membuat sketsa ya bisa tetap jalan. Itu menjadi hobi dan menyegarkan,” ucap sekretaris Urban Sketchers Bali itu.
Baginya, berkumpul dengan kawan-kawan di komunitas, sangat menyehatkan.
Mereka akan pergi ke suatu tempat bersama-sama.
Selain menghilangkan penat, mereka juga membuat sketsa bersama, mengabadikan momen maupun pemandangan yang dilihat saat itu.
“Kalau saya tidak sempat mengatur pertemuannya, setidaknya saya bisa datang dan turut mensosialisasikan komunitas ini ke orang yang lebih banyak lagi,” terangnya. Dalam waktu dekat ini, komunitas Urban Sketchers Bali akan berkumpul untuk membuat sketsa bersama.
Neli menyampaikan, komunitas ini terbuka untuk umum.
Siapa saja dapat ikut bergabung di dalamnya, tanpa ada batasa usia dan latar belakang.
Mereka yang lebih awal bergabung akan membagikan pengetahuannya kepada para pemula.
Peserta Hongkong Fashion Week, 2006, itu juga adalah seorang pelukis.
Ia banyak menciptakan lukisan menggunakan bahan acrilyc.
“Sebenarnya saya masih malu kalau memperlihatkan lukisan saya ke orang lain karena itu lebih untuk ekspresi diri saja. Saya lebih fokuskan diri ke fashion saja,” tandasnya.
Meskipun kegiatan dan tanggungjawab yang diembannya cukup banyak, Neli mengaku, keluarga tetaplah menjadi prioritas utama.
Ia merasa bersyukur karena mendapatkan pasangan hidup yang penuh pengertian dan mendukung segala kegiatan yang dilakukannya.
“Dia yang banyak membuka jalan untuk saya. Suami dan anak tetap nomor satu. Jika kita tidak mampu menyeimbangkannya, tentu nanti anak yang akan menerima imbasnya. Sekarang pintar-pintar kita mengatur semuanya,” jelas perempuan yang suka membaca karya-karya Paulo Coelho itu.
Neli menilai, sejauh ini sesungguhnya sudah banyak perempuan Indonesia yang berprestasi dan pemikirannya semakin maju.
Ia juga menyadari tidak semua orang dilahirkan beruntung, karenanya ia selalu mensyukuri setiap berkah yang diterimanya dan memanfaatkannya sebijak mungkin.
“Hidup itu ada takarannya. Jika kita malas, hasilnya akan sedikit. Kalau mau lebih, tentu perlu berjuang. Kalau mau kerja sendiri, pasti ada resiko yang harus diperhitungkan. Ke depannya, kami akan membuka makanan nusantara dan toko kain. Tidak bisa hanya stick di satu bisnis,” ungkap Neli. (*)