“Kok Bisa Anak Orang Yang Kaya Dapat Beasiswa?”

Siswa penerima beasiswa itu diminta untuk menyumbangkan sebagian uang beasiswa itu kepada pihak sekolah.

Penulis: Lugas Wicaksono | Editor: Eviera Paramita Sandi
Tribun Bali / Lugas Wicaksono
Jro Ketut Dastra (kiri) bersama anak ketiganya, I Komang Pande Widiarta (kanan) menunjukkan KIP, KIS dan KKS yang dimiliknya di rumahnya Desa Suwug, Kecamatan Sawan, Buleleng, Bali, Jumat (10/6/2016). 

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Jro Ketut Dastra (44) merasa kecewa ketika anak ketiganya, I Komang Pande Widiarta (10) yang sekolah kelas III di SDN 1 Suwug, Kecamatan Sawan Buleleng, Bali tidak mendapatkan beasiswa Program Indonesia Pintar (PIP) dari Kementerian Pendidikan RI.

Padahal anaknya itu tergolong siswa berprestasi karena meraih ranking dua di sekolahnya, pada kelas I dan II dulu, Widiarta juga mendapat ranking satu.

Bocah ini menurutnya juga sering mewakili sekolah dalam beberapa lomba di luar sekolah.

Kekecewaan itu dilampiaskan ketika wali murid dari 109 siswa penerima beasiswa PIP senilai Rp 450 ribu itu diundang pihak sekolah untuk datang ke sekolah menerima beasiswa tersebut, Jumat (10/6/2016).

Dastra yang tidak mendapat undangan ikut datang ke sekolah untuk mempertanyakan alasan anaknya tidak menerima beasiswa.

Padahal keluarganya masuk dalam daftar keluarga miskin dan anaknya beprestasi di sekolahnya.

Sementara sebagian penerima beasiswa justru perekonomiannya justru lebih baik daripada perekonomian keluarganya.

“Kok bisa anak orang yang kaya-kaya dapat beasiswa, malah ada yang orang kaya tiga anaknya dapat semua, berapa itu Rp 450 ribu kali tiga untuk satu keluarga? Padahal anak saya juara terus di sekolahnya, sering juga diajak ikut lomba,” keluhnya.

Namun saat ia berusaha bertanya alasan pemberian beasiswa kepada seorang guru di sekolah tersebut, ia justru menerima jawaban yang dianggap membuatnya tidak nyaman.

Saat itu dengan nada tinggi guru itu menyebut jika beasiswa itu langsung dari pemerintah pusat.

“Bagi saya jawaban itu tidak salah tetapi keliru, karena pusat tidak tahu kalau tidak ada yang mengajukan. Harusnya diberikan waktu verifikasi, layak atau tidak siswa yang menerima beasiswa,” ucapnya.

Saat ia bertanya kepada komite sekolah tersebut, ternyata siswa penerima beasiswa itu diminta untuk menyumbangkan sebagian uang beasiswa itu kepada pihak sekolah.

Selain itu dari sumbangan sukarela itu juga dialokasikan untuk dibagikan kepada para siswa yang tidak menerima beasiswa KIP.

“Kalau saya terserah pak komite saja, tapi kan yang jelas uang beasiswa itu tidak boleh ada potongan-potongan, terima Rp 450 ribu ya harus terima segitu penerimanya,” katanya.

Dastra mengaku sehari-hari hanya bekerja serabutan dengan penghasilan setiap hari yang tidak menentu.

Bahkan dalam satu hari ia tidak jarang tidak menerima penghasilan karena tidak mendapatkan batuan.

Sementara istrinya, Ni Luh Gelgel Asrini (39) sehari-hari membuat keripik untuk dijual.

Pria yang memiliki tiga anak yang masih sekolah ini tergolong keluarga miskin di desanya.

Buktinya ia memiliki Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), dan Kartu Indonesia Sehat (KIS).

Namun meski memiliki KIP, anaknya justru tidak menerima beasiswa PIP.

Kepala Sekolah SDN 1 Suwug, I Wayan Suwetha mengatakan, beasiswa PIP ini diberikan Kementerian Pendidikan RI tanpa usulan dari pihak sekolah.

“Kebetulan anak beliau ini tidak masuk dalam penerima PIP, nah ini kan tanpa usulan, muncul dengan sendirinya dari pemerintah pusat. Kebetulan nama anak Ketut Dastra tidak ada di sini,” ungkapnya.

Siswa penerima beasiswa ini sebanyak 109 orang dari 141 siswa di sekolah ini.

12 siswa tidak mendapatkan beasiswa, dan 20 siswa kelas I tidak mendapatkan beasiswa ini karena belum dianggarkan.

Pencarian beasiswa ini sudah sejak Kamis (9/6/2016) lalu, sekolah ini mendapatkan total Rp 49.050.000 dan satu siswa penerima menerima Rp 450 ribu.

“Kita juga tidak tahu diperuntukkan siswa yang bagiamana, tiba-tiba muncul data seperti ini,” ucapnya.

Sementara itu, selama ini Widiarta setiap tahunnya menerima beasiswa Kartu Perlindungan Sosial (KPS) Rp 450 ribu, dan Beasiswa Siswa Miskin (BSM) Rp 620 ribu dari Pemprov Bali.

“Sekolah juga setiap siswa tidak kami kenakan biaya apapun,” katanya.

Namun penerima beasiswa PIP ini diminta sekolah untuk memberikan sumbangan ke sekolah.

Sumbangan ini menurutnya untuk membantu 12 siswa yang tidak mendapatkan beasiswa ini dan untuk biaya konsumsi pertemuan saat pengambilan beasiswa oleh wali murid kemarin. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved