Enam Tabuh Kisahkan Perjalanan Tri Murti

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Bali Mandara Mahalanggo yang digelar Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Bali menampilkan berbagai macam kreasi seni.

Penampilan pada Jumat (15/7/2016) malam diisi dari Sekaa Gong Alit Semar Dhana, dari Puri Petang, Ubung Kaja, Denpasar.

Pada pagelaran ini ditampilkan berbagai macam kreasi seni tari, tabuh dan kreasi (lelungan) yang bertempat di Kalangan Madya Mandala di Depan Gedung Ksurarnawa, Art Centre, Denpasar.

Seka Gong Semara Dhana membawakan 6 kreasi tabuh diantaranya, Tari Daksina sebagai simbol perputaran dunia.

Tari Nila Pati sebagai simbol Tri Murti (lahir, hidup dan mati).

Tari Pendet Pemendak, tari pendet pemedak ini diiringi tari klasik yang menceritakan sujud bakti ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, yang bisa ditempuh dengan segala sembah dan bakti.

Tabuh Pemungkah Bakti adalah tabuh simbol penghormatan dan sujud bakti ke hadapan Dewa Pitara.

Tari Ngider Buana merupakan upacara suci dan sakral yang menceritakan Dewa Pitara di sembilan tempat.

Terakhir adalah Tati Rejang Luang sebagai simbol penghormatan kepada Dewa Pitara.

Semua tari dan tabuh digarap dengan estitika dari kehidupan sosial budaya, sebagai cerminan bahwa semua yang lahir dan hidup akan kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi (Tanah).

Penggambaran yang melekat dari semua Tari, Tabuh dan Kreasi (lelungan) ini digambarkan sebagai cinta kasih, dan sembah sujud ke hadapan Ida Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta.

Acara ini diakhiri dengan penyerahan piagam dari Dinas Kebudayaan Provinsi Bali yang diwakili oleh Dra Ida Ayu Putri Masyeni MSi kepada Sekaa Gong Semaran Dhana, Ubung Kaja. (*)