Suara Cicitan Burung Terus Menggema Sepanjang Proses Kremasi Ida Pedanda Gede Made Gunung

Raut wajah sedih pelayat tampak menghiasi sepanjang perjalanan Ida Pedanda menuju ke setra setempat

Tribun Bali/I Wayan Eri Gunarta
Proses kremasi Ida Pedanda Gede Made Gunung, Kamis (21/7/2016). 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR – Ribuan umat Hindu di Bali berkumpul dan berdesakan di Jaba Geriya Kemenuh Purnawati, Kemenuh, Blahbatuh, Kamis (21/7/2016).

Mereka yang berasal dari berbagai kalangan, baik tua maupun muda, ingin menghantarkan dan mengawal proses kremasi sang pencerah umat, Ida Pedanda Gede Made Gunung.

Raut wajah sedih pelayat tampak menghiasi sepanjang perjalanan Ida Pedanda menuju ke setra setempat.

Tidak ada kemewahan seperti lembu dan badai.

Prosesi kremasi ini hanya menggunakan bangunan berbentuk seperti joli, yang disebut dengan Taman Pebasmian Sri Wedari.

Wadah ini dibuat dengan konsep taman, sebagai manifestasi dari pusat kehidupan.

Meski tampak sederhana, namun aura keagungan tampak menyelimuti sepanjang jasad Ida Peranda menjadi abu.

Ratusan burung hinggap di pepohonan sepanjang jalan dengan cicitannya yang sulit diartikan.

Seolah ikut mendoakan kepergian sang pencerah umat itu.

Dalam Pebasmian Sri Wedari ini memeliki konsep layaknya bhur, bwah, swah.

Pada utama mandala pebasmian ini dibuatkan desain balai ngambang.

Hal ini lantaran balai berukuran 3x3 meter berwarna putih yang berada di utama mandala Taman Pebasmian Sri Wedari ini dikelilingi telaga sehingga memberikan kesejukan.

Utama mandala pada Taman Pebasmian Sri Wedari ini dibatasi penyengker berwarna putih berukuran 7,5 x 7,5 meter, dihiasi dengan ukiran perak.

Di empat penjuru penyengker juga dibuatkan masing-masing pintu berupa apit jurang.

Di luar penyeker itu dihiasi tumbuh tumbuhan dengan aneka bunga, sehingga terlihat taman yang memancarkan keindahan dan kemegahan.

Di luar lokasi tersebut juga disiapkan penyengker yang menjadi batas areal madya mandala, berukuran 15x12 meter.

Pukul 12.30 wita, jasad Ida Pedanda Gede Made Gunung diusung oleh putranya IB Purwita berserta 21 nanak Ida Pedanda dari Griya menuju tempat pebasmian.

Setelah itu jasad Ida diusung mengelilingi madya mandala Taman Pebasmian Sri Wedari sebanyak 3 kali, jasad Ida pun dinaikan dari barat untuk diletakan di pebasmian.

Prosesi ini dijaga ketat ratusan sisya dan nanak Ida Pedanda tujuannya untuk menghalai api yang membakar jenasah tidak merembet ke luar pebasmian.

Satu armada pemadam dari BPBD Kota Denpasar juga dikerahkan untuk mengamankan situasi.

Penglingsir Puri Ageng Mengwi, Anak Agung Gde Agung juga menghadiri prosesi tersebut.

Dia berharap roh Pedanda dapat mencapai tujuan akhir manusia, yakni murning acintya.

“ Semoga almarhum murning acintya, mencapi kebebasan sesuai hasil perbuatannya selama melayani umat, “ ucapnya.(*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved