Konsultasi Psikiater
Punya Teman Lelaki Kemayu? Cuma Ini yang Bisa Kamu Lakukan Untuk Membantunya
Kadang saya kasihan juga melihatnya sering diejek, meskipun teman-teman tidak bermaksud jahat atau merendahkannya.
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR – Pertanyaan: Dok, saya Dewi dari Klungkung. Apa yang akan saya ceritakan dan tanyakan sebenarnya bukan masalah saya, tapi apa yang dialami kawan masa kuliah saya. Yang dia alami sebenarnya sangat sensitif. Hanya saja sebagai teman, saya merasa terus memikirkan apa yang dia alami dan ingin sekali membantunya.
Teman kuliah saya ini laki-laki yang penampilan dan gelagatnya lebih mirip seperti seorang perempuan. Katanya kecenderungan ini sudah dialaminya sejak masih kecil, hanya saja semakin menjadi saat dia sudah memasuki dunia perkuliahan.
Sebenarnya dia sama sekali tidak terganggu dengan apa yang dialaminya, namun orang-orang di sekitarnyalah yang entah mengapa merasa bahwa dia sebaiknya belajar untuk pelan-pelan menghilangkan sisi feminimnya.
Pernah suatu kali dosen kami memberitahunya agar coba segera mencari pacar perempuan, yang kemungkinan bisa membantunya untuk menumbuhkan sisi maskulin dalam dirinya.
Tapi dia hanya mengiyakan saja. Kami pun tidak bisa memaksa banyak. Dia belakangan memang merasa lebih nyaman bergaul dengan teman-teman perempuan, bahkan penampilannya semakin kemayu saja.
Satu hal yang membuat saya agak terkejut adalah dia sengaja membuat akun palsu, menyamar sebagai perempuan untuk mendekati laki-laki yang disukainya. Beberapa kali dia berhasil, bahkan ketika ditelepon, dia sangat pintar menirukan suara perempuan, sehingga laki-laki yang dihubungi atau menghubunginya pun percaya akan keberadaannya.
Tapi dia memang tidak pernah mau bertemu, selalu saja ada alasan yang dibuatnya. Hingga suatu hari dia pun ketahuan dan menemui masalah.
Dok, yang ingin saya tanyakan, apakah ada hal yang bisa saya lakukan untuk membantunya? Hal ini kesannya memang seperti urusan yang sangat mempribadi, tapi saya rasa sebagai teman, ada hal yang bisa saya lakukan untuk membantunya.
Apakah sepertinya hal yang mustahil untuk membuatnya bisa menjalani kehidupan yang normal? Maaf, maksud saya, dia bisa seperti kawan-kawan laki-laki lainnya di kampus.
Kadang saya kasihan juga melihatnya sering diejek, meskipun teman-teman tidak bermaksud jahat atau merendahkannya.
Terimakasih Dok atas sarannya. Mungkin hal kecil yang bisa saya lakukan untuk membantunya akan berdampak besar baginya.
Tanggapan Dr dr Cokorda Bagus Jaya Lesmana, SpKJ (K)
Dewi yang baik hati, sebagai teman yang baik akan selalu mencoba untuk membantu mereka yang memerlukan bantuan, meskipun tidak jarang mereka yang dibantu sebenarnya tidak ingin dibantu. Apa yang kita alami saat ini tidak terlepas dari lingkungan yang membesarkan kita, yang tentunya mempengaruhi pola berpikir, kebiasaan, dan perilaku serta cara bereaksi terhadap rangsangan yang datang dari luar. Keadaan ini sangat besar mempengaruhi perkembangan mental seseorang.
Dalam masa perkembangan di mana hormon seksual masih dalam fase pertumbuhan, ada kecendrungan perkembangan seseorang berperilaku homoseksual, seperti anak perempuan lebih senang dekat dengan anak perempuan dan mengagumi perempuan.
Demikian pula anak laki-laki mengagumi laki-laki yang macho. Kalau saat perkembangan keadaan ini dibiarkan terus berkembang karena tekanan psikologis dan merasa aman dengan fase perkembangan ini, maka keadaaan ini terus bertahan dan berkembang wajar dan akhirnya ia menjadi seorang yang homoseksual.
Seperti yang dirasakan oleh teman anda, dia sama sekali tidak terganggu dengan apa yang dialaminya. Namun orang-orang di sekitarnyalah yang merasa bahwa dia sebaiknya belajar untuk pelan-pelan menghilangkan sisi feminimnya.
Hal ini tidak terlepas juga dari faktor budaya yang melihat bahwa seseorang itu hanya memiliki dua pilihan, apakah sebagai perempuan ataukah sebagai laki-laki.
Di sinilah perlu kewaspadaan orangtua melihat perkembangan anak. Karena dalam masyarakat Bali, waktu anak-anak berkumpul dengan saudara-saudaranya atau teman-teman sebayanya, keluarga besar atau anggota banjar memberikan kesempatan anak-anak yang sejenis untuk bergabung.
Anak perempuan yang masih kecil ikut ibunya membuat banten, sedangkan anak laki-laki ikut bapaknya ngulat kelangsah (menganyam pelepah kelapa), atau membuat katik (tusuk) sate. Laki-laki atau perempuan lainnya melakukan aktivitas lainnya.
Apa yang dialami oleh teman anda merupakan salah satu bentuk homoseksual. Mereka yang menyukai sesama lelaki akan disebut sebagai gay, sedangkan sesama perempuan disebut sebagai lesbian.
Gay merupakan istilah untuk menyebutkan lelaki yang menyukai sesama lelaki sebagai partner seksual, serta memiliki ketertarikan baik perasaan atau erotik secara dominan maupun eksklusif dengan ataupun tanpa adanya hubungan fisik.
Di antara itu ada orang yang menyukai kedua-duanya disebut sebagai biseksual. Sedangkan orang yang identitas gendernya bertentangan dengan tubuhnya atau orang yang mengalami ketidaksesuaian antara gendernya dengan ekspektasi orang lain disebut sebagai transgender.
Pada tahun 1950an homoseksual diklasifikasi sebagai gangguan mental, deviasi seksual seperti tipe gangguan kepribadian sosiopatik. Mulai tahun 1960an aktivis gay mulai bergerak menentang pendapat psikiater yang menyatakan homeseksual sebagai gangguan jiwa.
Akhirnya tahun 1984 mereka berhasil mengubah pandangan psikiater, tidak lagi menganggap kaum waria atau gay atau homoseksual sebagai penderita gangguan jiwa.
Mereka adalah orang-orang biasa seperti laki-laki dan perempuan lainnya, hanya orientasi seksualnya berbeda, menyenangi sesama jenis.
Kalau mereka menderita karena ketidakpastian tentang identitas jenis kelaminnya atau orientasi seksualnya yang menimbulkan kecemasan atau depresi, barulah mereka digolongkan ke dalam gangguan jiwa, Gangguan Maturitas Seksual.
Keadaan ini paling sering terjadi pada remaja yang tidak tahu pasti apakah mereka homoseksual, heteroseksual, atau biseksual dalam orientasi, atau pada individu yang mengalami perubahan orientasi seksual sesudah suatu periode orientasi seksual yang tampak stabil, sering kali setelah hubungan yang berlangsung lama.
Kemajuan teknologi saat ini membuat kita semua menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh. Ada wahana baru yang dapat dieksplorasi. Tidak ada lagi istilah saya tidak punya teman, karena semua sudah ada dalam genggaman.
Seperti halnya teman anda, ketika lingkungan kuliah dan rumah menekannya, secara sengaja ia kemudian membuat akun palsu, menyamar sebagai perempuan untuk mendekati laki-laki yang disukainya.
Sebagai seorang pemula, keberhasilan di awal akan memicunya untuk terus mencoba, bahkan ketika ditelepon, dia sangat pintar menirukan suara perempuan, sehingga laki-laki yang dihubungi atau menghubunginya pun percaya akan keberadaannya. Namun sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga. Apa yang bisa anda lakukan?
Apabila teman anda tidak merasa terganggu oleh orientasi seksualnya, tidak ada konflik bawah sadar yang ditimbulkan, serta tidak ada desakan, dorongan atau keinginan untuk mengubah orientasi seksualnya, maka tidak banyak yang bisa anda lakukan.
Sama halnya jika anda sedang jatuh cinta dengan seseorang, maka apapun masukan yang diberikan hanya masuk telinga kiri keluar telinga kanan.
Kalau kita melihat bahwa ada permasalahan di memori masa lalunya yang kemudian mendorong mereka merindukan dekapan seorang ayah, kasih sayang seorang ayah, dan akhirnya kerinduan ini terus mendorong libidonya untuk mencari figure seorang ayah dalam perjalanan hidupnya hingga ia mencintai dan tertarik pada laki-laki lain, maka menyarakannya untuk melakukan reframing memori adalah jalan terbaik saat ini.
Anda bisa mengajaknya untuk mengikuti Program Memahami Diri (PMD) yang akan diselenggarakan oleh Suryani Institute for Mental Health (SIMH) pada tanggal 5 November 2016, pukul 09.00-12.00 Wita, dengan syarat DPRD Bali memperkenankan menggunakan wantilannya.
Program ini terbuka untuk umum tanpa dipungut biaya. Selamat mencoba, apa yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin kalau Tuhan menghendakiNya. (*)