Angkernya Jalur Kecelakaan Maut di Jembrana, Dijaga Ancangan Naga Bontot

Bau anyir darah kerap masih tercium samar-samar ketika melintas tepat di lokasi mobil travel ini ringsek dan menewaskan delapan orang penumpangnya.

Penulis: I Gede Jaka Santhosa | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Tribun Bali/I Gede Jaka Santhosa/Prima/Dwi S
Grafis kecelakaan maut di Gilimanuk 

TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Kecelakaan maut kembali terjadi di Km 121-122 di Lingkungan Penginuman, Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Jembrana, Bali, Sabtu (18/6/2017) malam.

Delapan orang tewas dan lima lainnya luka-luka dalam kecelakaan di jalur yang dikenal angker dan dijaga oleh Ancangan (Penunggu, red) berupa Naga Bontot di kawasan yang berdampingan dengan hutan Taman Nasional Bali Barat (TNBB) tersebut.

Baca: BREAKING NEWS 4 Napi Asing Gali Terowongan Dan Kabur Dari Lapas Kerobokan

Baca: Bau Anyir Darah Dan Baju Korban Tersangkut di Pohon, Hindari Potongan Kayu Mistis di Jalur Gilimanuk

Baca: Tragis, Korban Bergelimpangan Tergencet di dalam Mobil dalam Laka Maut di Km 121-122 Gilimanuk

Baca: Jenazah Korban Kecelakaan Maut di Jembrana Dipulangkan ke Jember, Santunan Rp 50 Juta

Pantauan Tribun Bali, Minggu (18/6/2017), sisa-sisa kecelakaan yang melibatkan mobil minibus Isuzu Elf nopol S 7485 N dengan truk tronton nopol DK 9455 WL ini masih terlihat jelas di Km 121-122, tepatnya sekitar 500 meter di sebelah barat Pura Tirta Empul Purwoning Jagat.

Serpihan kaca masih berserakan di pinggir jalan, berikut dengan pakaian para korban yang masih tersangkut di pohon.

Bahkan, bau anyir darah kerap masih tercium samar-samar ketika melintas tepat di lokasi mobil travel ini ringsek dan menewaskan delapan orang penumpangnya.

Sudah bukan rahasia lagi jika di jalur Km 121-122 Gilimanuk ini merupakan jalur angker yang kerap meminta "tumbal" dengan serentetan peristiwa kecelakaan yang bisa dikatakan aneh atau mustahil terjadi.

Untuk langkah antisipasi pihak kepolisian juga telah menebar sejumlah baliho peringatan jalur berbahaya.

"Jalur ini memang sangat angker karena di sini alas (hutan, red) Madurgama. Banyak wong samar yang berkeliaran di sekitar sini dan sudah berulangkali ada kecelakaan hingga meninggal dunia di sini," ungkap Mangku Nengah, Pemangku Pangempon Pura Tirta Empul Purwoning Jagat ketika ditemui Minggu kemarin.

Menurutnya, di kawasan yang termasuk dalam hutan TNBB ini memang seringkali terjadi kecelakaan yang sampai merenggut korban jiwa.

Beberapa bulan sebelumnya, seorang warga tewas di tempat usai tertimpa pohon perindang yang tumbang di pinggir jalan di sekitar Pura Sumur Kembar atau sebelah Barat Pura Tirta Empul.

Begitu pula dengan kejadian tahun sebelumya yakni seorang warga yang ditemukan tewas di dekat Sumur Kembar usai menenggak racun.

Berikut dengan serentetan kecelakaan yang menyebabkan sejumlah truk dan mobil L300 yang terguling tanpa sebab jelas di jalur ini.

Kuat dugaan, serentetan peristiwa hingga menelan korban jiwa ini diakibatkan oleh gangguan secara niskala yang memang kerap bermunculan di kawasan ini.

Masih menurut Mangku Nengah, berdasarkan penerawangan secara niskala dan pengalaman sejumlah warga sekitar, di kawasan ini seringkali muncul penampakan Naga Bontot.

Awalnya, terlihat seperti sebuah potongan kayu besar berwarna cokelat yang tiba-tiba berada di tengah jalan dan tak lama kemudian kayu tersebut mendadak hilang tanpa sebab.

Jika melihat potongan kayu tersebut warga diimbau untuk berhenti sejenak dan tak melintasi kayu tersebut agar terhindar dari musibah.

Kayu tersebut diyakini merupakan sosok Ancangan Betara berupa Naga Bontot atau Naga yang tak memiliki kepala dan ekor.

Naga Bontot ini memang kerap muncul sewaktu-waktu dan biasanya menampakkan dirinya kepada orang yang memang sedang memiliki halangan atau sebel.

Selain Ancangan Naga Bontot, di kawasan Pura Tirta Empul Purwoning Jagat ini juga dijaga oleh Ancangan dua ekor Macan berupa Macan Gading dan Macan Selem yang juga bisa menampakkan dirinya sewaktu-waktu.

"Dari kecelakaan-kecelakaan yang merenggut korban jiwa memang belum pernah dilakukan pecaruan di sekitar sini. Makanya sampai saat ini korban-korban kecelakaan ini masih gentayangan di sekitar sini," tandas Mangku Nengah yang sudah mengabdi di Pura Tirta Empul Purwoning Jagat ini semenjak 12 tahun lalu. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved