Kisah Nyata Mengerikan, Monyet Penunggu Tempat Sakral Dibawa Pulang, Ini yang Terjadi

Posisinya berada di belakang Stadion Patra Jaya, Plaju, Palembang atau lebih dekat dengan Sungai Musi.

Tribun Sumsel

Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Andri Hamdillah

TRIBUN-BALI.COM, PALEMBANG - Banyak komplek pemakaman yang menjadi destinasi wisata bersejarah di Palembang.

Mulai dari makam para ulama, keluarga Kesultanan Palembang Darussalam, hingga tokoh-tokoh penting di Bumi Sriwijaya.

Salah satu komplek makam yang cukup banyak menarik perhatian pengunjung adalah Komplek Makam Ratu Bagus Kuning yang terletak di Jl DI Panjaitan, Kelurahan Tangga Takat, Kecamatan Seberang Ulu II.

Posisinya berada di belakang Stadion Patra Jaya, Plaju, Palembang atau lebih dekat dengan Sungai Musi.

Selain berziarah, komplek makam ini kerap didatangi warga karena suasana sejuk di sekitarnya.

Pohon bambu rindang yang tumbuh di sekitar makam menghadirkan suasana sejuk saat berada di komplek tersebut.

Yang lebih menarik lagi, di komplek makam ini terdapat puluhan kera yang bisa diajak berinteraksi.

Di komplek makam itu terdapat makam Ratu Bagus Kuning dengan bangunan makam berkubah bersama tiga makam tokoh lainnya, yaitu Penghulu Gede Tubagus Karang, Datuk Buyung dan Kuncung Manis.

Di luar bangunan, terdapat 10 makam lainnya, yaitu Panglima Bisu, Panglima Batu Api, Syekh Ali Akbar, Syekh Maulana Malik Ibrahim, Syekh Idrus, Putri Kembang Dadar, Putri Rambut Selako, Bujang Juaro, Panglima Semut, dan Syekh Usman.

Ada sebuah cerita unik dari segerombolan kawanan monyet tersebut.

Dari pantauan di lapangan, ada sebuah  kelompok monyet dalam jumlah besar yang sedang berkumpul di sekitaran Komplek makam Ratu Bagus Kuning, tepatnya di belakang Stadion Patra Jaya.

Monyet - monyet tersebut terlihat bergelantungan, berlarian dan ada juga yang duduk bersantai di dekat makam.

Makam Bagus Kuning ()

Seperti halnya manusia, monyet tersebut juga mempunyai sosok pemimpin.

Hanya yang membedakan dengan manusia hanyalah monyet memilih pemimpinnya berdasarkan usia kedewasaan sang monyet sedangkan tidak dengan manusia.

"Monyet disini sekarang terpecah menjadi dua kelompok, kelompok pertama di sekitaran makam dan yang kedua di dekat Komplek Perumahan", jelas wakil dari juru kunci makam Sanudin.

Ia menilai kalau monyet ini seperti tidak senang dengan pemimpin kelompoknya, sehingga ada yang bertengkar seakan ingin mengkudeta kekuasaan.

Akhirnya kelompok tersebut terpecah menjadi dua kelompok besar.

"Awalnya seluruh kelompok monyet ini berada di satu titik dekat seputaran makam, tetapi karena mereka bertengkar berebut kekuasaan akhirnya ada yang membuat kelompok sendiri", jelas Sanudin.

Uniknya kelompok monyet yang terpisah menjadi dua bagian sangat ketat menjaga wilayahnya.

Kelompok monyet penghuni sekitaran makam akan dikeroyok apabila memasuki wilayah kelompok monyet Komplek perumahan dan begitu juga sebaliknya.

"Wilayah mereka di batasi dengan jembatan, mereka akan saling berjaga - jaga diperbatasan masing - masing", terangnya.

Monyet yang berada di makam Bagus Kuning Plaju (TRIBUNSUMSEL.COM/ ANDRI HAMDILLAH)

Menyikapi keberadaan kelompok monyet yang berada di kawasan Makam Ratu Bagus Kuning, di belakang Stadion Patra Jaya, Rabu (26/7/2017).

Sanudin mengatakan, monyet tersebut berjumlah sangat banyak dan terhitung jumlahnya mencapai 200 ekor yang terbagi menjadi dua kelompok.

Ajaibnya, meski terus berkembang biak dengan cara melahirkan, tetap jumlah mereka tidak bertambah.

Benar setiap ada kelahiran pasti didampingi kematian, akan tetapi jasad monyet yang mati hampir mustahil ditemukan.

Menurut Sanudin, monyet tersebut tidak bertambah jumlahnya karena adanya mahluk tak kasat mata yang memindahkan mereka ke tempat lain kalau populasinya meningkat.

Seperti halnya Sanudin, warga sekitar Sugeng juga mengatakan sangat sulit sekali untuk menemukan bangkai monyet apabila mereka memang benar - benar mati.

"Nyaris mustahil untuk menemukan bangkai monyet tersebut, sedangkan mereka terus berkembang dengan melahirkan, terlihat dari banyaknya anak - anak mereka yang masih kecil, jelasnya.

Suasana di Makam Bagus Kuning (TRIBUNSUMSEL.COM/ ANDRI HAMDILLAH)

Sebagian besar masyarakat setempat masih mempercayai akan kebenaran cerita tersebut.

Bahkan warga sekitar tidak berani untuk mengambil dan memelihara monyet yang berada di sekitaran makam Ratu Bagus Kuning.

"Pernah ada warga sekitar mengambil anak monyet di sekitaran dekat makam, tiba - tiba keesokan harinya monyet tersebut langsung dikembalikan ke tempat asalnya dengan alasan tidak tahan karena terus dihantui rasa gelisah dan sakit di bagian kepala, tutur Sugeng. (*)

Berita ini sudah tayang di Tribun Sumsel dengan Judul: Kisah Nyata : Coba Pelihara Monyet Penunggu Tempat Sakral, Orang ini Alami Kejadian Mengejutkan

Sumber: Tribun Sumsel
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved