Putra Papua Jadi Ajudan Pribadi Presiden, Jokowi Berkaca dari Ajudan Kapolri?

Pria yang terakhir menjabat sebagai Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Riau itu, merupakan lulusan terbaik Akademi Kepolisan

NET
Stevanus (belakang) telah mengawal Kapolri, Jenderal Polisi Tito Karnavian selama lima tahun. Foto ini diambil ketika Kapolri masih menjabat sebagai Kapolda. 

TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA - Kapolri Jenderal Tito Karnavian menceritakan di balik keputusan Presiden RI Joko Widodo memilih Komisaris Besar Johnny Edison Isir sebagai ajudan atau seorang pengawal pribadi Presiden.

Berawal dari memperingati hari jadi Bhayangkara ke-71 pada Senin (10/7/2017) lalu.

Presiden yang hadir dalam acara itu, bertanya kepada Kapolri mengenai seorang ajudannya yang merupakan asal Papua bernama Stefanus.

Baca: Ini Catatan Ajudan Pribadi Jokowi Asal Papua, Jualan Nasi Demi Bantu Ekonomi Keluarga

Presiden menanyakan mengenai kredibilitas Stefanus.

"Beliau menanyakan ke saya, 'ajudan Pak Kapolri orang Papua?', ya betul pak. 'Bagus tidak?', bagus pak, lima tahun bersama saya. Cerdas, loyal, bisa memahami apa yang kita inginkan," ujar Tito di Mapolda Metro Jaya, Semanggi, Jakarta Selatan, Rabu (16/8/2017).

Presiden pun menyampaikan, keinginannya untuk memiliki seorang ajudan asal Papua.

Kapolri merekomendasikan Johnny Edison Isir.

Pria yang terakhir menjabat sebagai Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Riau itu, merupakan lulusan terbaik Akademi Kepolisan atau peraih Adhimakayasa pada angkatan 1996.

Johnny merupakan lulusan dari University of Wollongong di Australia.

"Anaknya pintar Pak, pengalaman di Jawa sudah, di Jawa Timur, di Papua pernah jadi Kapolres Wamena, Manokwari, dua tempat yang sangat dinamis keamanannya tapi bisa dikelola dengan baik," ujar Tito.

Ternyata Presiden tertarik dengan tawaran dari Tito.

Ia meminta data pribadi lengkap Johnny.

Padahal, Tito telah mengajukan tiga orang yang lulus tes kesehatan, jasmani, psikologi, dan kecerdasan.

Tapi, Presiden lebih memilih nama Jhonny.

"Karena kalau mencari ajudan bukan hanya masalah kemampuan, tapi juga ngeklik tidak, satu chemistry tidak. Beliau (Presiden) begitu dihadapkan, langsung, 'ya saya pilih dia'. Dia (Johnny) sudah mulai menjabat semenjak kemarin," ujar Tito.

Tito mengatakan, terpilihnya Johnny sebagai Aide De Camp (ADC) atau ajudan alias pengawal pribadi Presiden Joko Widodo merupakan sejarah tersendiri bagi Polri.

Karena pertama kali orang asal Papua bisa menjadi ajudan seorang Presiden.

"Ini sejarah bagi Polri dan Indonesia. Jadi seorang ajudan itu tidak gampang, tapi terpilih, banyak faktornya. Saya sendiri tidak seberuntung Johnny," ujar Tito.

Johnny merupakan pemegang penghargaan Satya Lencana Dharma Seroja tahun 2005 dan pernah pula tergabung dalam Satgas BBM Ilegal Batam dan menjabat sebagai Kasatgas Anti Korupsi Polda Papua.

Kebanggaan tersendiri menjadi seorang ajudan, menurut Tito, lantaran tak semua yang berprestasi bisa menjadi orang kepercayaan Presiden.

"Karena kalau menjadi Kapolres bisa banyak. Yang bisa menjadi Kapolda banyak, Direktur Reserse banyak, tapi untuk menjadi ajudan adalah orang terpilih," ujar Tito.(*)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved