Gunung Agung Terkini

Perbandingan Nyata Kawah Gunung Agung Sebelum Dan Setelah Erupsi, Perbedaan Ini Jelas Terlihat!

Pascaerupsi 25-30/11/2017, terbentuk kubah lava dengan volume diperkirakan 20 juta meter kubik

Editor: Eviera Paramita Sandi
Kolase Tribun Bali
Gunung Agung 

TRIBUN-BALI.COM – Gunung Agung hingga saat ini, Senin (18/12/2017) masih berstatus Awas (level IV).

Kendati kegempaan tidak sesering seperti bulan-bulan sebelumnya, namun PVMBG hingga saat ini masih terus memantau keadaan gunung ini dan belum menurunkan statusnya.

Terakhir, tim Aeroterascan gagal menerbangkan pesawat tak berawak (drone) ke atas kawah Gunung Agung, Minggu (17/12/2017) kemarin.

Penyebabnya, cuaca sekitar Gunung Agung hujan lebat, berkabut, serta mengeluarkan asap pekat yang menganggu penerbangan drone.

Kemungkinan hari ini drone AI 450 akan diterbangkan lagi.

"Tadi (kemarin, red) sekitar pukul 10.00 Wita, drone hanya terbang di ketinggian 1.000 MDPL. Karena hujan lebat, drone kembali. Khawatir mesin drone rusak terkena hujan dan asap letusan," jelas Feri Ametia.

Adapun kondisi kegempaan Gunung Agung hari ini hingga pukul 12.00 WITA teramati masih mengeluarkan gempa-gempa hembusan dan liw frekuensi.

Seperti berikut ini :

Hembusan

(Jumlah : 14, Amplitudo : 7-22 mm, Durasi : 45-95 detik)

 Low Frekuensi

(Jumlah : 1, Amplitudo : 5 mm, Durasi : 45 detik)

Tremor Menerus (Microtremor) terekam dengan amplitudo 2-5 mm (dominan 2 mm)

METEOROLOGI

Cuaca berawan dan mendung. Angin bertiup lemah ke arah timur. Suhu udara 23-28 °C dan kelembaban udara 74-87 %.

VISUAL

Asap kawah bertekanan sedang teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal dan tinggi 1000 m di atas puncak kawah.

Gunung Agung
Gunung Agung, Senin (18/12/2017) hingga pukul 12.00 WITA (PVMBG / Magma Indonesia)

Perbedaan Kawah 

Perbedaan yang terjadi di Gunung setinggi 3.142 mdpl ini jelas terlihat.

Ini terlihat pada foto yang diunggah oleh Kepala Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Indonesia, Sutopo Purwo Nugroho di akun instagramnya.

Ia menggabungkan dua foto keadaan gunung Agung saat belum terjadi erupsi dan sesudahnya.

Ia pun menuliskan caption “Perbandingan kawah Gunung Agung sebelum erupsi dan setelah erupsi. Pascaerupsi 25-30/11/2017, terbentuk kubah lava dengan volume diperkirakan 20 juta meter kubik mengisi 1/3 dari kapasitas volume kawah Gunung Agung. Status Awas. Zona berbahaya hanya di dalam radius 8-10 km dari puncak kawah. 
Bali aman. Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai beroperasi normal. Tidak ada hujan abu lebat. Silakan berkunjung ke Bali,". 

Pertambahan Lava Melambat

Sebelumnya, Tim Aeroterrascan berhasil menerbangkan drone untuk mengambil sampel CO2 serta SO2, Jumat (15/12/2017).

Sehari setelah itu, tim berhasil menerbangkan drone AI 300 untuk mengambil gambar dan video tiga dimensi.

"Ini misi yang terakhir, mengambil H2S. Ini yang dibutuhkan PVMBG untuk dijadikan perbandingan dengan hasil sebelumnya. Dulu sudah pernah mengambil sampel H2S," kata Flight Director Aeroterrascan, Feri Ametia Pratamasaat ditemui di lokasi penerbangan di Lapangan Selat, Desa/Kecamatan Selat, Karangasem, kemarin.

Untuk analisa dari pengambilan sampel gas, video, dan gambar adalah wewenang PVMBG.

Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Berapi, Devy Kamil Syahbana, menjelaskan gambar tiga dimensi yang didapat kemarin dengan sebelumnya.

Dari segi volume lava tidak ada perubahan yang signifikan.

Kemungkinan kecil lava dapat memenuhi kawah dalam waktu yang singkat jika laju pertambahannya masih seperti sekarang.

Laju pertambahan lava terbesar terjadi pada periode 25-30 November 2017, dalam tempo lima hari lava yang keluar sekitar 20 juta meter kubik atau sekitar sepertiga dari volume kawah.

Setelah itu pertambahannya melambat.

Saat ini erupsi efusif maupun hembusan dan emisi asap masih terjadi, artinya masih ada tekanan di dalam tubuh Gunung Agung.

Tekanan itu ada saat terdapat akumulasi gas magmatik, oleh karena itu PVMBG mencoba mengukur gas dengan multigas maupun melalui Doas scanner untuk mengetahui evolusi konsentrasi gas magmatik terhadap waktu.

"Apakah cenderung menurun, cenderung tetap (fluktuasi), atau cenderung naik," kata Devy.

Untuk hasil analisis gasnya hingga kini belum keluar.

"Harus berapa kali mengambil sampel gas agar kapasitas gas benar-benar terbaca," tandasnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved