Simpang Ring Banjar
Manfaatkan Potensi Alam, Banjar Sayan Agung Bangun Desa Wisata dengan Konsep Natural
Banjar Sayan Agung kini mulai ramai pengunjung dengan tempat wisata dan panorama keindahan alamnya
Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Irma Budiarti
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Banjar Sayan Agung, Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung kini mulai ramai pengunjung dengan tempat wisata dan panorama keindahan alamnya.
Selain keindahan alam, juga tersedia outbound yang diberi nama Bali Gadang.
Para pengunjung bisa mengenal alam dan budaya desa.
Pemanfaatan dan konsep natural pedesaaan ini dikemas sedemikian rupa hingga pengunjung menikmati wisata desa.
Bermula dari melihat potensi alam yang mendukung, masyarakat Banjar Sayan Agung membentuk wisata desa.
Perancang Bali Gadang Wayan Darma menyatakan, wisata desa tersebut dirancang untuk memanfaatkan potensi desa dan memperlihatkan kebiasaan masyarakat dan budaya di desa.
Ia mengatakan, tempat outbound tersebut dipersiapkan dari delapan tahun lalu.
“Kami merancang wisata desa ini dari delapan tahun yang lalu. Dari konsep hingga tempat yang akan digunakan outboand. Ini merupakan training kemasan baru, yang mengenal alam secara langsung di alam yang terbuka,” ujarnya saat ditemui Tribun Bali, Kamis (14/4/2018) lalu.
Kelian Adat Banjar Sayan Agung, I Ketut Suarga mengatakan, desa wisata tersebut bekerja sama dengan semua masyarakat desa.
Jadi, semua elemen masyarakat ikut berperan aktif.
Mulai dari anak muda hingga orang tua.
“Desa wisata khususnya Bali Gadang ini bekerja sama dengan masyarakat desa, seperti petani ladang akan menyediakan tempat untuk penanaman sayuran. Begitu juga rumah-rumah warga yang akan dikunjungi melihat kebiasaan dan budaya di sini,” jelasnya.
Ia menyatakan, semua itu merupakan kearifan lokal dari suatu budaya di daerah dalam balutan keindahan panorama alam.
Serta melihat keramahtamahan penduduk, seperti suasana desa.
“Wisata desa ini yang ditonjolkan alamnya,” tandasnya. (gus)
Outbound Berkonsep Kerjasama
Pada kegiatan outbound di Banjar Sayan Agung, Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, pengunjung diutamakan menanam konsep kerjasama, komunikasi, dan saling percaya.
Di dalamnya terdapat game-game secara kelompok dan dibuatkan game sebagai hiburan pengunjung.
Game tersebut dirancang secara khusus oleh masyarakat Banjar Sayan Agung.
“Sebagian besar game yang dilaksanakan game berkelompok, sehingga nantinya menambah rasa keakraban sesama anggota. Selain itu, juga meningkatkan kekompakan,” kata Perancang Bali Gadang Wayan Darma, kemarin.
Tidak hanya game, pengunjung juga bisa menikmati pemandangan alam secara langsung dengan jalan kaki di pematang sawah.
Mereka diperlihatkan cara membajak sawah secara tradisional hingga cara menanam padi di lahan persawahan.
“Di sawah pengunjung bisa langsung praktik membajak sawah. Berbantuan dua ekor sapi, sawah dibajak dengan cara tradisional. Juga dilakukan penanaman padi juga secara langsung,” kata dia.
Saat mengelilingi desa, pengunjung dipandu masyarakat.
Pengunjung juga diperlihatkan cara pembuatan alat pertanian dan membuat senjata perang di rumah warga pande di Banjar Sayan.
Selanjutnya pengunjung dituntun melihat kebiasaan warga di sana.
Seperti halnya pembuatan minyak kelapa, Pembuatan tuak, gula Bali, jajanan Bali dan cara mejejaitan membuat canang.
“Uniknya lagi, tahap terakhir kami mengajak pengunjung ke ladang untuk memperlihatkan tumbuh-tumbuhan yang bisa digunakan sebagai obat tradisional. Di sana pengunjung wajib memetik daun atau sayur yang akan dimasak nantinya untuk makan siang. Untuk menghilangkan rasa lelah, saat di ladang pengunjung diajak memetik kelapa muda,” jelasnya.
Pembagian Dua Tempek
Banjar Sayan Agung pada tataran adat membagi masyarakatnya menjadi dua kelompok.
Pembagian ini dilakukan melalui rapat.
Kelian Adat Banjar Sayan Agung, I Ketut Suarga menyatakan, di Banjar Sayan Agung masyarakat dikelompokkan menjadi dua bagian.
Kelompok tersebut dibagi atas tempek kaja dan tempek kelod.
Tempek merupakan kelompok masyarakat yang berada di bawah kewenangan kelian banjar.
Tempek tersebut dibuat untuk membagi jumlah anggota krama banjar dalam kegiatan adat.
“Krama banjar di sini dibagi dua tempek. Pada kegiatan adat, tempek sangat mempunyai peran penting sebagai penanggung jawab,” ujarnya.
Dijelaskan saat ada warga banjar meninggal, tempek tersebut akan bertanggung jawab terhadap pelaksana upacaranya.
Jika tempek kaja warganya ada yang meninggal dunia, maka semua prosesi penguburan di pertanggungjawabkan tempek kaja.
“Jadi fungsi tempek memperjelas tanggung jawab masyarakat dengan kegiatan adat. Seperti warga meninggal, dari pembuatan tempat memandikan mayat hingga proses penguburan dipertanggungjawabkan tempek tersebut,” jelasnya.
Adanya tempek juga bisa membantu meringankan kegiatan di banjar.
Di sisi lain jika kegiatan itu tergolong besar, maka tempek akan melaksanakan kegiatan secara bergiliran.
“Jika kegiatan di banjar tergolong besar, maka tempek bisa bekerja atau ngayah secara bergilir.
Namun tidak menutup kemungkinan semua krama banjar akan terlibat.
Hanya saja penanggung jawabnya bergantung tempek,” tuturnya.
Dijelaskan lebih lanjut, pembagian kelompok masyarakat tersebut tidak menjadikan perbedaan masyarakat.
Namun dengan adanya tempek, pertanggung jawaban untuk kegiatan terlihat jelas.
“Adanya tempek ini juga usul warga saat rapat. Jadi adanya tempek, setiap kegiatan adat bisa dikoordinir satu dengan yang lainnya,” tandasnya. (*)