Sanggar Bona Alit dan Sanggar Gita Semara Terjemahkan Kehidupan dalam Seni Pertunjukan

Menampilkan garapan musik dengan tema nata hati, keempat instrumen yang dibawakan pun terasa sangat tenang dan bermakna

Penulis: Putu Supartika | Editor: Irma Budiarti
Widnyana Sudibya/Panitia Bali Mandara Nawanatya III
Penampilan Sanggar Bona Alit dan Sanggar Gita Semara dalam Bali Mandara Nawanatya III, Senin (12/11/2018). 

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - "Untuk tidak menjadi orang yang penakut, apa yang ada dalam diri kita itulah yang dipertaruhkan," kata I Wayan Sudiarsa, pemilik Sanggar Gita Semara, Minggu (11/11/2018), di Gedung Ksirarnawa Art Center, Denpasar.

Menurutnya, berbagai makna kehidupan dapat diterjemahkan melalui seni, itulah yang menjadi pandangan Sudiarsa.

Menampilkan garapan musik dengan tema nata hati, keempat instrumen yang dibawakan pun terasa sangat tenang dan bermakna.

"Mengangkat tema nata hati yang artinya menata hati, memahami apa yang menjadi kebutuhan hati apalagi dalam seni," kata Sudiarsa.

Nata hati yang ditampilkan dalam Bali Art Performance, Bali Mandara Nawanatya III ini merupakan kelanjutan dari tema nata hati pertama, yang ditampilkan pada ajang yang sama tepatnya pada Bali Mandara Nawanatya II.

Menata hati yang kedua secara esensial sama, cuma dalam hal ini ia melibatkan anak anak.

"Jadi mereka bangga punya bakat dan kita senang bisa memasukkan nilai-nilai karakter kepada anak-anak melalui seni," tambah Sudiarsa.

Ada empat garapan dengan tambahan satu garapan yang difungsikan sebagai pengisi jeda dari satu garapan ke garapan lainnya.

Keempat garapan itu diantaranya bertajuk Gumam, Nada Nadi, Pemineh, Angkep, dan Bobotoh sebagai garapan yang menyatukan keempat garapan tersebut.

"Gumam itu dari hati, dari menggumam akan muncul nada yang mengalir dalam nadi, dari nada yang mengalir masuk dalam diri sehingga bisa memineh, terakhir semua itu akan angkep (menyatu) menjadi satu," papar Sudiarsa lantang.

Paling menarik terletak pada garapan Bobotoh, dimana para penampil yang seluruhnya remaja dan anak-anak ini pun memainkan sebuah dadu.

Kala dadu yang terlihat adalah angka 5 maka penabuh pun memainkan tepukan tangan sebanyak 5 kali dengan tepukan yang berbeda-beda.

"Nanti semuanya itu natural, berapa angka yang muncul angka itulah yang mereka mainkan," tambah Sudiarsa.

Sebelumnya, Sanggar Bona Alit dari Blahbatuh, Gianyar pun menampilkan garapan bertajuk Nyat Nyit, yang memiliki arti setelah terjadi kekeringan (nyat) akan muncul atau terpercik kehidupan (nyit).

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved