TRIBUN WIKI: Ini 10 Desa Bali Aga yang Cocok Jadi Destinasi Wisata Saat Berlibur ke Bali
Dari sekian banyak desa Bali aga yang masih kental dengan tradisi klasiknya, Tribun Bali menguraikan 10 desa Bali aga beserta keunikannya.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Bali memang kaya dengan tradisi dan kebudayaan yang unik.
Selain itu, juga ada banyak desa kuno atau yang lebih dikenal dengan desa Bali aga yang masih mempertahankan tradisinya hingga sekarang.
Sebut saja beberapa desa Bali aga tersebut yaitu Tenganan Pegringsingan di Karangasem, Desa Sidatapa, Cempaga, Tigawasa, Pedawa atau yang biasa disingkat SCTP di wilayah Kecamatan Banjar, Buleleng, maupun Desa Trunyan dan Penglipuran di Bangli.
Dari sekian banyak desa Bali aga yang masih kental dengan tradisi klasiknya, Tribun Bali menguraikan 10 desa Bali aga beserta keunikannya.
Jika anda berkunjung ke Bali tidak ada salahnya untuk berkunjung ke daerah ini dan dijamin pasti anda akan terpukau dan ketagihan untuk datang lagi.
1. Desa Sidatapa

Desa Sidatapa merupakan desa sebuah desa di perbukitan yang terletak di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali.
Desa ini memiliki keindahan alam yang menawan dan sejuk.
Di desa ini juga ada rumah adat yang pola pembangunannya berkonsep Tri Mandala.
Selain itu hingga kini di sana juga masih berdiri rumah adat kuno yang merupakan salah satu rumah adat tertua di Bali, yang dibangun sekitar tahun 785 masehi.
Masyarakat Desa Sidatapa juga perajin kerajinan anyaman bambu khas Sidatapa, disamping itu juga ada tari-tarian dan ritual seperti Tari Jangkrang, Tari Ngabuang, ritual Sang Hyang Gandrung, hingga pengabenan tradisional.
2. Desa Cempaga
Sama seperti Desa Sidatapa, Desa Cempaga juga terletak di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali.
Desa Bali aga ini memiliki alam yang alami dengan pemandangan laut yang sangat indah.
Juga memiliki tarian sakral dan khas yaitu Tari Baris jojor, Tari Tapel, Tari Jangkang, dan Tari Baris Dadap, Tari Pendet, Tari Rejang, serta Tari Selir (Darot).
3. Desa Tigawasa
Desa Bali Aga ketiga yang ada di wilayah Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali yaitu Desa Tigawasa.
Desa ini tidak mengenal istilah pembakaran mayat walaupun ada upacara ngaben, namun mayat hanya dikubur dan konon di desa ini menganut kepercayaan Dewa Shambu.
Selain itu, di desa ini juga ada tradisi meboros atau memburu kidang rusa yang akan digunakan sarana pecaruan saat nyepi desa.
Saat ini di Tigawasa juga ada tempat wisata Kubu Alam dimana para pengunjung bisa berfoto di spot selfie menara bambu dengan ketinggian 7 meter.
4. Desa Pedawa
Desa ini merupakan Desa Bali Aga keempat yang berada di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali.
Desa Pedawa tidak mengenal istilah kasta sehingga semua orang memiliki kedudukan yang setara.
Salah satu tradisi yang masih terjaga hingga sekarang di desa ini yaitu masyarakat Pedawa yang sudah menikah wajib memiliki Sanggah Ngaten.
Saat ini di desa ini juga telah ada tempat wisata menarik yaitu Kubu Hobbit yang terinspirasi dari film yang berjudul The Hobbits yang disutradarai Peter Jackson.
Di desa ini juga ada kuliner khas yaitu sate keladi.
5. Desa Julah
Terletak di Kecamatan Tejakula, Desa Julah merupakan salah satu desa Bali aga di Kabupaten Buleleng.
Diperkirakan desa ini telah ada sejak pemerintahaam Ugrasena di Bali atau sekitar tahun 923 masehi.
Sebagaimana di Desa Pedawa, di Desa Julah juga tidak mengenal adanya sistem soroh atau kasta.
Jika berkunjung ke desa ini maka akan ditemui banyak peninggalan megalitik salah satunya Situs Batu Gambir yang diteliti mulai tahun 2005.
6. Desa Sembiran
Terletak kurang lebih 30 km ke arah timur Kota Singaraja tepatnya di Kecamatan Tejakula, Desa Sembiran merupakan desa tua yang ada sejak jaman megalitikum.
Di desa ini bisa ditemukan banyak peninggalan sejarah yang diperkirakan telah ada sejak 2.000 tahun sebelum masehi yang terbuat dari batu maupun besi.
Selain itu juga ada sebanyak 20 buah prasasti perunggu tentang sejarah desa tua tersebut.
7. Desa Trunyan

Siapa yang tak mengenal Desa Trunyan?
Desa ini terletak di Kecamatan Kintamani, Bangli.
Untuk mencapai desa ini bisa lewat jalur darat dari Penelokan, atau dengan menyeberangi danau Batur dari dermaga di Kedisan menggunakan perahu motor.
Yang membuat desa ini terkenal karena tradisinya yang unik dalam hal pemakaman.
Jika pada umumnya jenazah orang Bali yang meninggal akan dikubur atau dibakar, namun di Trunyan hanya diletakkan di atas tanah.
Mayat-mayat ini tidak menimbulkan bau karena di sana tumbuh pohon Taru Menyan, yang bisa mengeluarkan bau harum dan mampu menetralisir bau busuk mayat.
8. Desa Penglipuran

Desa Penglipuran yang terletak di Kecamatan Kubu, Kabupaten Bangli ini pasti sudah tidak asing lagi di telinga para pelancong.
Jika berkunjung ke desa ini maka akan disuguhi pemandangan rumah tradisional di kiri dan kanan jalan yang tertata rapi dan asri dengan konsep tradisional.
Bahkan desa ini dinobatkan sebagai tiga desa terbersih tahun 2016 lalu oleh salah satu majalah internasional.
Selain itu di desa ini juga pantang untuk melakukan poligami ataupun poliandri dan jika ada yang melakukannya maka akan ditempatkan di karang memadu yang terletak di sisi paling selatan desa.
9. Desa Tenganan Pegringsingan

Pernah mendengar atau menyaksikan tradisi perang pandan atau mekare?
Ya, tradisi ini terletak di Desa Tenganan Pagringsingan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem yang merupakan salah satu desa tua atau Bali aga.
Tradisi ini dilaksanakan sebagai penghormatan pada Dewa Indra.
Selain terkenal dengan perang pandan, juga terkenal dengan tenun gringsingnya yang menggunakan teknik tenun doble ikat.
Untuk membuat satu kain ini bahkan dibutuhkan waktu hingga dua tahunan.
10. Desa Bayung Gede
Bayung Gede terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli yang terletak pada ketinggian 900 meter di atas permukaan laut.
Bahkan dikatakatan bahwa Bayung Gede merupakan induk desa-desa kuno yang ada di Bangli.
Cara penguburan jenazah di desa ini juga sangat unik, yaitu yang berjenis kelamin wanita dikuburkan dengan posisi terlentang dan untuk yang laki-laki akan dikuburkan dengan telungkup.
Selain itu ada tempat khusus untuk penguburan ari-ari (plasenta bayi), dimana ari-ari tersebut ditaruh dalam batok kelapa dan di gantung pada pohon. (*)