Liputan Khusus

Turis Asing Kriminal Tambah Banyak di Bali, Tantangan bagi Pariwisata Berkualitas

Setiap tahun Polda Bali selalu merilis pelaku kejahatan yang dilakukan oleh para turis asing. Pada 2017, ada tujuh orang turis asing

Penulis: I Wayan Erwin Widyaswara | Editor: Ady Sucipto
Tribun Bali/Ahmad Firizqi Irwan
Polda Bali saat ungkap kasus penangkapan tiga tersangka kasus penipuan di negara asalnya saat gelar jumpa pers di Polda Bali, Rabu (12/12/2018) siang. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Luh Suarini merasa aneh dengan geliat turis asing yang melihat-lihat barang di toko tempatnya bekerja.

Lima turis perempuan asal Rusia itu berlagak tak biasa.

Sebab, empat turis tiba-tiba mengerumuninya dan melempar bermacam-macam pertanyaan, sedangkan satu temannya sibuk melihat-lihat barang.

Beberapa saat kemudian, petugas sales di Toko Gooseberry Intimates yang berada di kawasan Camplung Tanduk, Seminyak, itu melihat keanehan di bagian perut dan dada salah satu turis itu.

“Saya sudah curiga dari awal gerak geriknya mencurigakan sekali. Pas izin ajak dia ke ruangan untuk memeriksanya, dia tidak mau dan ngotot.

Akhirnya ada teman yang memaksa mengambil barang, dan benar dia menyelipkan dua barang di sini,” tutur Luh Suarini saat ditemui Tribun Bali di butik tempatnya bekerja, dua pekan lalu.

Bule Curi Pakaian Dalam.
Bule Curi Pakaian Dalam. (Facebook Arif)

Setelah ketahuan mencuri, lima perempuan itu pun langsung mencoba kabur, namun dihalangi oleh sekuriti.

Akhirnya ketegangan pun terjadi. Insiden ini sempat viral di media sosial dua pekan lalu.

“Meskipun teman kami berhasil mengambil barang di dadanya, tapi dia tetap gak mau ngaku nyuri, akhirnya dibawa ke kantor polisi. Tapi ujungnya damai, kami tidak proses lanjut,” kata Suarini.

Setelah ditelusuri, lima bule perempuan itu ternyata adalah siswa SMA di salah satu sekolah di luar negeri. Mereka ke Bali untuk liburan.

Kasus bule mencuri di Bali ternyata bukan kali pertama.

Setiap tahun Polda Bali selalu merilis pelaku kejahatan yang dilakukan oleh para turis asing.

Pada 2017, ada tujuh orang turis asing yang melakukan pencurian di Bali.

Masih ingat fenomena bule Jerman, Benyamin Holst, yang mengemis di Seminyak pada September 2016 silam?

Bahkan pada awal 2018 ini, ada turis asing yang mengemis di Jalan Ahmad Yani, Denpasar.

Karena kehabisan uang, dan waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 Wita, tiga orang wisman yang tampaknya ke Bali sebagai backpacker itu berdiri di pinggir jalan tepatnya di simpang Ahmad Yani-Gatsu, Denpasar, sambil membawa kertas bertuliskan, “Tidak ada uang”.

Selain itu, pada 2016 seorang WNA Amokrane juga sempat membuat onar di Bali hingga menyebabkan dua orang tewas yakni bule Prancis dan seorang anggota polisi.

Pada Sabtu lalu, seorang turis asing juga mengamuk diduga depresi di kawasan Jalan Monkey Forest Ubud, Gianyar. Ia dibekuk dan dibawa ke RSJ Bangli.

Meningkat

Wisatawan mancanegara padati Pantai Kuta saat wekeend, Sabtu (4/8/2018)
Wisatawan mancanegara padati Pantai Kuta saat wekeend, Sabtu (4/8/2018) (Tribun Bali / Rino Gale)

Berdasarkan data Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Bali, jumlah kasus turis asing yang menjadi pelaku kejahatan cenderung mengalami peningkatan dalam dua tahun terakhir.

Pada tahun 2016 sebanyak 7 turis asing terlibat kejahatan, dan pada tahun 2017 sebanyak 15 turis asing yang terlibat.

Ini menjadi tantangan bagi pengembangan pariwisata berkualitas atau quality tourism.

Data tahun 2018 belum terekap secara total, namun ada kemungkinan jumlahnya tidak menurun.

Salah-satu indikasinya adalah masih adanya kasus-kasus pembobolan ATM perbankan, yang para pelakunya beroperasi secara jaringan.

Berdasarkan data yang dirilis Bank Indonesia (BI), tercatat jumlah dan pertumbuhan wisman yang datang ke Bali dari tahun 2014-2018 fluktuatif.

Nikmati akhir pekan di La Plancha Double Six Beach, Seminyak, Badung, Bali bersama keluarga ataupun teman-teman, Minggu (8/7/2018) diwaktu sore hari.
Nikmati akhir pekan di La Plancha Double Six Beach, Seminyak, Badung, Bali bersama keluarga ataupun teman-teman, Minggu (8/7/2018) diwaktu sore hari. (Tribun Bali/Ahmad Firizqi Irwan)

Namun jika dilihat dari periode puncak wisman berkunjung ke Bali, jumlah turis asing ke Bali mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Berdasarkan data dari kantor perwakilan BI Bali, puncak kedatangan wisman ke Bali pada triwulan satu dan dua.

Pada 2014, jumlah wisman yang datang pada triwulan satu sebanyak 1,2 juta wisman, triwulan dua sebanyak 1,3 juta wisman.

Pada 2015, jumlah wisman yang datang ke Bali pada periode puncak sebanyak 900 ribu orang.

Sementara itu, pada periode puncak 2016, jumlah kunjungan wisman ke Bali sebanyak 1,3 juta wisman, dan pada 2017 wisman sebanyak 1,7 wisman pada periode puncak.

Namun saat ada erupsi Gunung Agung, jumlah wisman yang datang ke Bali mengalami penurunan drastis, dari 1,7 juta menjadi di bawah 100 ribu wisman pada triwulan IV 2017.

BI dan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali secara rutin melakukan survei perilaku wisatawan mancanegara (superwisman) setiap tahun.

Dari sisi pengeluaran, pada tahun 2018 rata-rata wisman membelanjakan uang sebanyak Rp12.451.047 dengan rata-rata menginap selama 9,7 hari di Bali.

Dengan demikian, rata-rata belanja wisman sebesar Rp 1.398.319/hari pada tahun 2018.

Angka ini mengalami sedikit peningkatan yaitu sebesar 0,6% dibanding total pengeluaran tahun 2017 yang sebesar Rp12.376.628 dengan rata-rata menginap selama 8,9 hari.

Dari 10 negara yang memiliki share terbesar pada superwisman, terlihat keragaman pengeluaran dan lama tinggal di Bali dari masing-masing negara.

Ditinjau dari total pengeluaran pada 2018, wisman asal Australia dan Inggris menempati tempat teratas dengan pengeluaran masing-masing sebesar Rp16,6 juta dan Rp16,2 juta.

Sedangkan wisman asal Tiongkok dan Jepang merupakan wisman dengan rata-rata total pengeluaran paling rendah, yaitu sebesar Rp 8,8 juta dan Rp 9,8 juta.

Hasil survei juga menunjukkan bahwa lama menginap wisman asal Perancis (14,2 hari), Jerman (14,1 hari), Inggris (13,0 hari), dan AS (12,3 hari) secara berurutan menempati posisi teratas untuk lama menginap.

Sementara wisman asal India dan Malaysia mencatatkan durasi menginap yang paling singkat, yaitu selama 5,7 hari.

Beragamnya destinasi wisata di Bali yang terdiri atas wisata pantai, gunung, wisata belanja, serta kebudayaan dan kesenian Bali mendorong 81% responden menyatakan akan kembali berkunjung ke Bali, sedikit meningkat dibanding tahun 2017 yang sebesar 80%.

Sementara 16% wisman masih ragu untuk kembali berkunjung ke Bali dan 3% wisman yang menyatakan tidak akan kembali berkunjung ke Bali.

Beberapa hal yang dikeluhkan wisman sehingga mereka ragu atau enggan untuk kembali berkunjung ke Bali adalah karena kondisi Bali yang sudah terlalu ramai, adanya polusi dan lingkungan yang tidak bersih (banyak sampah plastik di tempat wisata), dan ketakutan akan terjadinya gempa di kunjungan berikutnya.

Dalam rangka meningkatkan kunjungan wisman ke Bali, penggunaan teknologi (internet) untuk promosi wisata di Bali perlu terus ditingkatkan, mengingat 53% wisman memperoleh informasi mengenai destinasi wisata di Bali melalui website (blogger, TripAdvisor, dll).

Persentase ini meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 44%.

Pelayanan, keramahan, dan kenyamanan juga harus menjadi prioritas utama karena 32% wisman memperoleh informasi dan rekomendasi destinasi wisata di Bali dari teman atau rekan kerja. (win)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved